Sejak H-3 lebaran, para ibu terlihat sibuk. Mereka terlihat
keluar masuk dapur . Rupanya mereka tengah mempersiapkan kue serta jajanan
dalam rangka lebaran. Tradisi membuat kue lebaran sudah dilakoni para ibu di
Abiantubuh. Jenis kue yang dibuat tak pernah berubah, meskipun zaman terus
berganti. Jaje tarek, Kaliadem, tempeyek,
kuping gajah serta keciput adalah
jenis jajanan yang wajib disiapkan.
Seperti Inaq Rafli
warga Abiantubuh. Saat kampong media menemuinya, ia tengah sibuk membuat kue
Peyek. Dengan membuat tungku sederhana
diluar dapur, ia tak perlu kegerahan di dapur. Satu mangkok adonan tepung,
sedikit demi sedikit ia tuang ke atas minyak goring yang dipanaskan diatas jangkih (tungku) .
Inaq Ahmad juga demikian. Sambil menggendong bayinya, ia
juga asyik membuat pangan. Pangan merupakan
jajanan yang bentuknya sejenis dodol, yang membutuhkan waktu lama untuk dibuat. Dulunya jika kue pangan dibuat bisa memakan waktu
seharian. Butuh dua atau tiga orang secara bergantian mengaduk-aduk adonan
diatas tungku sampai kue istimewa itu
bisa jadi.
Menurut papuk
Mansyur, jika dulu orang dikampung itu akan begawe (pesta
ala kampong), tentu makanan istimewa
harus disiapkan. Salah satunya adalah pangan
. Pangan harus disiapkan sehari
sebelumnya. Untuk membuatnya dibutuhkan jambangan
( Kuali besar), serta dibuat sangat-sangat hati-hati. Pasalnya pembuatan pangan dijaman dulu memiliki
mitos-mitos yang tak boleh dilanggar . Ampas
parutan kelapa yang telah diambil santannya, harus diperas membentuk bola-bola
yang tak boleh pecah. Konon jika
bola-bola ampas santan kelapa tersebut pecah, maka pangan atau wajik yang
dibuat akan kehilangan minyaknya. Selain itu, orang tidak boleh sembarangan
meminta api di tungku pembuatan pangan tersebut
. Misalkan ada orang yang minta api
untuk membakar rokok atau sejenisnya, maka bisa dipastikan pangan yang dibuat akan nyalak atau tak bisa jadi secara sempurna.
Sekarang para ibu bisa lebih mudah dalam membuat kue
istimewa tersebut. Jasa Yusuf Kalla dengan kampanye kompor gasnya telah
mengubah tradisi ibu-ibu itu dari budaya tungku ke budaya kompor gas. Mereka tak
lagi harus berpanas-pana. Mereka telah
melupakan mitos-mitos. Waktu yang dulunya seharian dihabiskan untuk membuat kue
istimewa kini bisa berkurang menjadi beberapa jam dan bisa ditinggal istirahat.
Tak perlu khawatir kue tidak jadi atau gosong berkerak, karena wajannya
menggunakan wajan modern yang tak menempel dan meninggalkan kerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar