Jumat, 17 Agustus 2012

Mitos Kue orang Sasak dan Yusuf Kalla






Sejak H-3 lebaran, para ibu terlihat sibuk. Mereka terlihat keluar masuk dapur . Rupanya mereka tengah mempersiapkan kue serta jajanan dalam rangka lebaran. Tradisi membuat kue lebaran sudah dilakoni para ibu di Abiantubuh. Jenis kue yang dibuat tak pernah berubah, meskipun zaman terus berganti. Jaje tarek, Kaliadem, tempeyek, kuping gajah serta keciput adalah jenis jajanan yang wajib disiapkan.
Seperti  Inaq Rafli warga Abiantubuh. Saat kampong media menemuinya, ia tengah sibuk membuat kue Peyek.  Dengan membuat tungku sederhana diluar dapur, ia tak perlu kegerahan di dapur. Satu mangkok adonan tepung, sedikit demi sedikit ia tuang ke atas minyak goring yang dipanaskan diatas jangkih  (tungku) .
Inaq Ahmad juga demikian. Sambil menggendong bayinya, ia juga asyik membuat pangan. Pangan merupakan jajanan yang bentuknya sejenis dodol,  yang membutuhkan waktu lama untuk dibuat. Dulunya jika  kue  pangan dibuat bisa memakan waktu seharian. Butuh dua atau tiga orang secara bergantian mengaduk-aduk adonan diatas tungku sampai kue istimewa  itu bisa jadi.  
Menurut  papuk Mansyur, jika dulu orang dikampung itu akan  begawe (pesta ala kampong), tentu makanan istimewa harus disiapkan. Salah satunya adalah pangan . Pangan harus disiapkan sehari sebelumnya. Untuk membuatnya dibutuhkan jambangan ( Kuali besar), serta dibuat sangat-sangat hati-hati. Pasalnya pembuatan pangan dijaman dulu memiliki mitos-mitos  yang tak boleh dilanggar . Ampas parutan kelapa yang telah diambil santannya, harus diperas membentuk bola-bola yang tak boleh pecah. Konon jika  bola-bola ampas santan kelapa  tersebut pecah, maka pangan atau wajik yang dibuat akan kehilangan minyaknya. Selain itu, orang tidak boleh sembarangan meminta api di tungku pembuatan pangan tersebut . Misalkan ada orang yang  minta api untuk membakar rokok atau sejenisnya, maka bisa dipastikan pangan  yang dibuat akan nyalak atau tak bisa jadi secara sempurna.
Sekarang para ibu bisa lebih mudah dalam membuat kue istimewa tersebut. Jasa Yusuf Kalla dengan kampanye kompor gasnya telah mengubah tradisi ibu-ibu itu dari budaya tungku ke budaya kompor gas. Mereka tak lagi harus berpanas-pana.  Mereka telah melupakan mitos-mitos. Waktu yang dulunya seharian dihabiskan untuk membuat kue istimewa kini bisa berkurang menjadi beberapa jam dan bisa ditinggal istirahat. Tak perlu khawatir kue tidak jadi atau gosong berkerak, karena wajannya menggunakan wajan modern yang tak menempel dan meninggalkan kerak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar