Meski alat transportasi modern telah banyak dipakai. Cidomo
sebagai salah satu sarana transport tradisional orang Lombok masih menjadi pilihan sebagian
orang. Cidomo merupakan singkatan dari
cikar dokar montor ini. Untuk ukuran kota kecil seperti Mataram, keberadaan
Cidomo ini bisa dibilang mengganggu karena kotoran kudanya, kadang dibuang sembarangan. Ada aturan
yang dibuat pemerintah agar setiap Cidomo melengkapi kudanya dengan penampungan
kotoran di belakangnya, agar saat kuda buang kotoran tidak jatuh sembarangan. Aturan ini sebetulnya cukup bagus, karena
kotoran kuda itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang memiliki nilai
jual. Beragamanya pilihan alat transportasi seperti taxi, ojek sepeda motor,
serta semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi,
membuat eksistensi Cidomo kian meredup. Hanya para ibu yang pergi ke pasar lalu
pulang dengan barang dagangan yang banyaklah yang masih menjadi pelanggan setia
kendaraan lokal ini.
Bisa jadi dalam kurun waktu yang tak terlalu lama, Cidomo
akan punah karena dianggap kurang efektif. Para pemilik cidomo di wilayah Kota
Mataram, juga mengalami banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah lokasi
kandang kuda sebagai “mesin” penggerak cidomo. Saat ini kuda menjadi masalah
baru di kota padat penduduk ini. Pada banyak pertemuan warga , mulai banyak orang mengeluh karena kandang
kuda yang berada didalam pemukiman. Salah
satu usul yang sangat gampang diucap dan sulit dilaksanakan adalah pengadaan
kandang kumpul. Usul yang sulit direalisasikan untuk ukuran perkotaan dengan
kendala mahal dan sulitya lahan kosong.
Idealnya harus tersedia lahan luas yang jauh dari pemukiman penduduk, sedangkan
sekarang bisa dibilang sulit mencari lokasi seperti itu diwilayah kota Mataram.
Semua lokasi telah dipenuhi rumah-rumah penduduk, lahan kosong sudah dibeli pengembang
untuk dijadikan perumahan. Untuk ukuran kota Mataram, pemilik Cidomo mungkin
akan kehilangan tempat mengkadangkan kudanya dalam waktu yang tidak terlalu
lama.
Di tengah gencarnya isu pemanasan global dan parahnya
tingkat polusi yang dihasilkan manusia, keberadan Cidomo justru menguntungkan.
Cidomo tidak menghasilkan asap polusi yang merugikan manusia (kecuali saat
kudanya sedang kentut, sedang dibelakangnya penuh penumpang). Justru kudanya
menghasilkan kotoran yang bisa menjadi pupuk organic. Gili Trawangan yang
dikenal sebagai desa dunia, malah memanfatkan cidomo sebagai kendaraan lokal
agar pulau itu menjadi bebas polusi. (Wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar