
Bisa jadi dalam kurun waktu yang tak terlalu lama, Cidomo
akan punah karena dianggap kurang efektif. Para pemilik cidomo di wilayah Kota
Mataram, juga mengalami banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah lokasi
kandang kuda sebagai “mesin” penggerak cidomo. Saat ini kuda menjadi masalah
baru di kota padat penduduk ini. Pada banyak pertemuan warga , mulai banyak orang mengeluh karena kandang
kuda yang berada didalam pemukiman. Salah
satu usul yang sangat gampang diucap dan sulit dilaksanakan adalah pengadaan
kandang kumpul. Usul yang sulit direalisasikan untuk ukuran perkotaan dengan
kendala mahal dan sulitya lahan kosong.
Idealnya harus tersedia lahan luas yang jauh dari pemukiman penduduk, sedangkan
sekarang bisa dibilang sulit mencari lokasi seperti itu diwilayah kota Mataram.
Semua lokasi telah dipenuhi rumah-rumah penduduk, lahan kosong sudah dibeli pengembang
untuk dijadikan perumahan. Untuk ukuran kota Mataram, pemilik Cidomo mungkin
akan kehilangan tempat mengkadangkan kudanya dalam waktu yang tidak terlalu
lama.
Di tengah gencarnya isu pemanasan global dan parahnya
tingkat polusi yang dihasilkan manusia, keberadan Cidomo justru menguntungkan.
Cidomo tidak menghasilkan asap polusi yang merugikan manusia (kecuali saat
kudanya sedang kentut, sedang dibelakangnya penuh penumpang). Justru kudanya
menghasilkan kotoran yang bisa menjadi pupuk organic. Gili Trawangan yang
dikenal sebagai desa dunia, malah memanfatkan cidomo sebagai kendaraan lokal
agar pulau itu menjadi bebas polusi. (Wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar