Senin, 20 Agustus 2012

Cidomo: Alat transportasi lokal tanpa polusi



Meski alat transportasi modern telah banyak dipakai. Cidomo sebagai salah satu sarana transport tradisional  orang Lombok masih menjadi pilihan sebagian orang. Cidomo merupakan  singkatan dari cikar dokar montor ini. Untuk ukuran kota kecil seperti Mataram, keberadaan Cidomo ini bisa dibilang mengganggu karena kotoran  kudanya, kadang dibuang sembarangan. Ada aturan yang dibuat pemerintah agar setiap Cidomo melengkapi kudanya dengan penampungan kotoran di belakangnya, agar saat kuda buang kotoran tidak jatuh  sembarangan.  Aturan ini sebetulnya cukup bagus, karena kotoran kuda itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang memiliki nilai jual. Beragamanya pilihan alat transportasi seperti taxi, ojek sepeda motor, serta semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi, membuat eksistensi Cidomo kian meredup. Hanya para ibu yang pergi ke pasar lalu pulang dengan barang dagangan yang banyaklah yang masih menjadi pelanggan setia kendaraan lokal ini.
Bisa jadi dalam kurun waktu yang tak terlalu lama, Cidomo akan punah karena dianggap kurang efektif. Para pemilik cidomo di wilayah Kota Mataram, juga mengalami banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah lokasi kandang kuda sebagai “mesin” penggerak cidomo. Saat ini kuda menjadi masalah baru di kota padat penduduk ini. Pada banyak pertemuan warga ,  mulai banyak orang mengeluh karena kandang kuda yang berada didalam pemukiman.  Salah satu usul yang sangat gampang diucap dan sulit dilaksanakan adalah pengadaan kandang kumpul. Usul yang sulit direalisasikan untuk ukuran perkotaan dengan kendala  mahal dan sulitya lahan kosong. Idealnya harus tersedia lahan luas yang jauh dari pemukiman penduduk, sedangkan sekarang bisa dibilang sulit mencari lokasi seperti itu diwilayah kota Mataram. Semua lokasi telah dipenuhi rumah-rumah penduduk, lahan kosong sudah dibeli pengembang untuk dijadikan perumahan. Untuk ukuran kota Mataram, pemilik Cidomo mungkin akan kehilangan tempat mengkadangkan kudanya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Di tengah gencarnya isu pemanasan global dan parahnya tingkat polusi yang dihasilkan manusia, keberadan Cidomo justru menguntungkan. Cidomo tidak menghasilkan asap polusi yang merugikan manusia (kecuali saat kudanya sedang kentut, sedang dibelakangnya penuh penumpang). Justru kudanya menghasilkan kotoran yang bisa menjadi pupuk organic. Gili Trawangan yang dikenal sebagai desa dunia, malah memanfatkan cidomo sebagai kendaraan lokal agar pulau itu menjadi bebas polusi.    (Wan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar