gambar diadaptasi dari http://www.the-early-pregnancy.com/wp-content/uploads/2011/01/water-birth-babies.jpg
Secara harfiah sesenggak ini dapat di artikan sebagai Aiq = air, meneng = jernih
teparan = dikira , kurek = keruh. Atau “ Air yang bening dikira keruh” : Orang yang baik-baik disangka
jahat/hati-hati menilai orang.
Seringkali kita tertipu, dan hanya melihat zahir
dari sebuah objek. Orang baik-baik disangka jahat, mungkin karena pakaian yang
dikenakan menunjukkan dia bukan orang baik. Sebaliknya orang jahat dengan
tampilan bak manusia bersih, jujur dan soleh membuat kita terkecoh dan akhirnya
tertipu. Oleh sebab itu, disinilah kejernihan hati dan kehati-hatian menjadi
amat dibutuhkan. Anjuran untuk berprasangka baik sangat relevan dengan sesenggak ini. Dalam anjuran agama
berprasangka baik termasuk akhlaq terpuji, dan sebaliknya selalu berprasangka
buruk adalah bagian dari akhlaq tercela.
Jika air yang jernih kita anggap keruh,
maka sudah saatnya kita memeriksakan mata ke dokter spesialisnya. Mungkin saja
terjadi gangguan pada organ penglihatan itu. Itu jika kita mengartikan sesenggak
ini secara harfiahnya. Namun sesengak ibarat sebuah rumah, yang akan berbeda
memiliki berbagai bentuk jika kita melihat dari sudut pandang berbeda. Artinya
sesenggak mememiliki makna luas. Dalam hal ini kita bisa saja mengurai beberapa
makna yang tersimpan di dalamnya. Beberapa kemungkinan makna yang bisa kita gali dari
sesenggak diatas adalah :
1. Kehati-hatian menilai sesuatu, dalam hal apapun kehati-hatian memang di
butuhkan. Jangan sampai karena ketidakhati-hatian menjerumuskan kita. Bayangkan
saja, betapa banyak orang harus mengalami nasib mengenaskan karena dituduh
menjadi tukang santet. Sialnya, mereka dibunuh dengan cara sadis. Dibakar,
beserta rumah tempat tinggalnya. Mereka kadang-kadang dituduh dengan alas an
mimpi seorang warga. Kasihan.
2. Berprasangka
baik. Hati yang bersih,
tentu akan selalu terjaga dari sikap berburuk sangka kepada orang lain. Berprasangka
baik terhadap orang lain, akan menghindarkan kita dari penyakit hati dan rasa
curiga tanpa alas an. Berprasangka baik akan menjadikan jiwa lebih tenang.
3.
Menuduh tanpa bukti. Menuduh orang tanpa bukti adalah prilaku
negativ yang harus di hindari. Salah-salah menuduh oran tanpa bukti bisa menjebak dan membuat
kita menjadi seorang tertuduh. Hati-hati dengan sika ini. Agama Islam melarang
orang menuduh sesama, demikian pula hukum Negara.
4. Objektif.
Kadang orang terpaksa
mengatakan air yang jernih sebagai air yang keruh. Itu karena ia berbeda
pandangan secara politik, aliran, agama, atau mazhab. Ini tidak adil. Periksalah kembail jiwa kita. Dalam
kondisi apapun kita harus objektif. Yang jernih tetaplah jernih danyang keruh
harus jelas kita katakan keruh. Janganlah
perbedaan-perbedaan tersebut membutakan mata hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar