Senin, 30 April 2012


Fasilitas Pendidikan Yang Menjadi “ Racun ”.

Muhammad Shafwan
Hal yang tak pernah kulupakan adalah bahwa pagi itu
aku menyaksikan seorang anak pesisir melarat, teman sebangku
 untuk pertama kalinya memegang pensil dan buku,
dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya, setiapa apa pun yang ditulisnya merupakan buah fikiran yang gilang gemilang, karena nanti ia, seorang anak miskin pesisir,akan menerangi nebula yang melingkupi sekolah miskin ini, sebab ia akan berkembang menjadi manusia paling genius yang pernah kujumpai seumur hidupku.
( Andrea Hirata-Novel Laskar Pelangi )

Membaca Novel Laskar Pelangi, tulisan Andrea Hirata, saya amat tersentuh. Meski berkali-kali membacanya, novel laris itu selalu segar dan mendorong keinginan agar kembali dan kembali membacanya. Salah satu tokoh yang amat menyentuh nurani saya adalah Lintang. Anak pesisir yang miskin tapi cerdas. Saya tersentuh dan merinding dengan keperkasaan tokoh itu. Meski Lintang anak  nelayan miskin yang hidup serba prihatin. Kondisi itu tak menyirnakan cita dan semangat belajarnya. Berangkat sekolah sejak Subuh, mengayuh sepeda degan jarak puluhan kilometer. Dengan medan yang berat dan berbahaya. Dan Lintang menunjukkan kegeniusannya dengan “ menerangi nebula yang melingkupi sekolah miskin” .
Kegeniusan Lintang mengingatkan saya pada pertemuan beberapa tahun lalu dengan siswa cerdas asal KLU. Waktu itu saya sering melakukan “pengembaraan” meyusuri tempat - tempat terpencil, untuk berdialog dengan masyarakat bersama kawan-kawan sebuah LSM pendidikan di Kota Mataram. Sebut saja namanya Sabri, ia tinggal jauh dari Kota Mataram. Tepatnya di sekitar Santong Lombok Utara. Waktu itu Sabri masih bersekolah di SLTA. Ia tergolong siswa yang tidak mampu, dengan asupan gizi yang rendah. Sabri hanya makan dua kali dalam sehari. Sebelum berangkat sekolah, ia biasanya hanya sarapan kelapa bakar, lalu memulai perjalanan kurang lebih tiga kilometer menuju sekolah, tempat ia belajar. Ia tergolong siswa yang gigih dan pantang menyerah. Karena itulah, meski dalam kondisi serba terbatas, prestasinya di sekolah selalu membanggakan. Sabri termasuk diantara sedikit siswa cerdas di tempat ia belajar. Sabri juara umum di kelasnya. Bagi saya, secara kinestetik Sabri tergolong cerdas karena setiap hari harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki. Seperti juga para murid lainya, kadang perjalanan dilakukan dengan bertelanjang kaki. Sepatu yang mereka kenakan lebih sering di tenteng, atau di kalungkan di leher. Mereka merasa kasihan terhadap sepatu yang harus rusak karena medan yang ditempuh begitu berat. Melewati jalan menanjak, turun, menyeberangi sungai, serta jalanan penuh bebatuan. Biasanya sepatu tak akan berumur panjang jika terus dipakai di medan seberat itu. Sabri hanyalah salah satu diantara sekian banyak mereka yang hidup sederhana dan bersahaja di daerah terpencil. Kondisi yang prihatin, seakan tempat tinggal mereka  tak terjamah oleh pembangunan infrastuktur transportasi daerah ini. Meski dini, saya jadi menyimpulkan bahwa kesederhanan, kemiskinan, keterbatasan fasilitas, bahkan kekurangan gizi sekalipun tak akan mampu mengubah cita dan semangat untuk terus berprestasi. Justru sebaliknya. Kemiskinan menjadi jamu yang menyehatkan jiwa. Mari membanding kesederhanaan Sabri dengan anak salah seorang tetangga saya. Sebut saja namanya Khairuddin. Sebagai seorang anak, ia tergolong sangat beruntung. Segala keinginannya dengan mudah bisa dikabulkan orang tuanya yang pengusaha barang-barang bekas. Mulai dari sebuah sepeda motor yang harganya di atas duapuluhan juta, laptop dengan modem internet, serta fasiltas penunjang pendidikan lainya ia telah miliki. Sore hari ia biasaya minta sangu kembali kepada orang tuanya untuk mengikuti kursus-kursus dan les privat seperti siswa lainya. Intinya, Khairudin telah mendapatkan kemudahan fasilitas belajar secara formal maupun non formal. Tentulah orang tuanya berharap, agar dengan memberikan fasilitas pendidikan yang layak, nantinya sang anak akan menjadi anak yang berprestasi.  Namun saat pengumuman kenaikan kelas tiba. Khairuddin terkejut. Namanya tidak termasuk di antara siswa yang harus mendaftar ulang di tingkat yang lebih tinggi. Ia tertinggal kelas. Kecewalah kedua orang tuanya. Jerih payah bekerja untuk memberi fasilitas pendidikan yang layak bagi anaknya berujung kegagalan. Amat menyedihkan. Rupanya. Fasilitas pendidikan yang serba memudahkan, bukannya menjadi pemacu meraih prestasi bagi Khairuddin, namun justru menjadi racun yang melemahkan kemampuan dan kemauan belajarnya. Motor yang bagus, mungkin hanya menjadi fasilitas mengikuti tren anak muda gaul. Laptop dengan fasilitas canggih, mungkin saja menjadi sarana bermain game online dan berselancar di dunia maya. Tempat Bimbingan belajar, mungkin saja menjadi tempat bertemu dan bergaul dengan komunitasnya, dalam warna yang kurang positif. Hingga pada akhirnya , Kairuddin mendapatkan hasil yang memuramkan orang tua.

Jika merenungi dua sisi nasib anak manuisa itu, antara yang miskin dan kaya, kalau diajak memilih, pastilah kita memilih yang lebih kaya. Namun jika memilih mendapatkan anak yang berhasil dan gagal, sudah pasti kita akan memilih mendapatkan anak yang berhasil dan berprestasi. Kisah Lintang dalam Novel Laskar Pelangi, atau cerita  Sabri dari Lombok Utara, adalah dua kisah mirip dimana sang anak merasakan kemiskinan sebagai cambuk meraih prestasi. Sedangkan Cerita kegagalan anak tetangga saya, agaknya membuat kita harus berfikir ulang soal bagaimana mengumbar fasilitas berlebihan kepada anak tidak menjadi mudharat. Agar benar-benar bermanfaat. Itu dalam lingkup keluarga. Dalam skala yang lebih luas, saya merasakan orang lebih percaya pada pemberian materi dan fasilitas mewahlah yang menjadi tumpuan utama meningkatkan kualitas hasil didik.lihat saja bagaimana para kepala dan dewan guru, para pengurus komite, dan perencana kebijakan pendidikan mendorong perlombaan membangun fisik. Membangun fasilitas serba mentereng. Dan  setelahnya persoalan pendidikan pun dianggap selesai. Tentu tidak begitu. Lihat saja sekarang. Banyak sekolah mentereng justru menjadi sekolah tempat pamer status sosial. Anak-anak sekolahnya pun konon ikut - ikutan menjadi pajangan para wali murid. Di luar sekolah parade mobil – mobil mewah, sementara di dalam sana anak-anak merasa malu jika tak menenteng handphone jenis dan merek terbaru. Menyedihkan.
 Rasanya, kita harus lebih awal menyadari bahwa fasilitas berlimpah, serba lengkap dan wah, bukan hal yang secara hierarki mesti di nomor satukan. Ia  hanyalah penopang dari kebutuhan pendidikan yang tidak berdiri sendiri. Anggapan bahwa fasilitas adalah hal utama menjadi terbantahkan jika melihat bagaimana mereka yang kurang beruntung dari sisi ekonomi, justru bisa survive dan berprestasi. Pendidikan yang mulia itu, juga ditopang oleh hal lain seperti kasih sayang orang tua yang perlu  diterjemahkan dalam bentuk yang sesungguhnya. Bukan dengan uang.
Tulisan ini pernah dimuat di Radar Lombok


Laporan Kegiatan  Motivator
Kampung Media : Kampung Damai Abiantubuh Baru
Bulan : April  2012

No
Hari Tanggal
Lokasi
Materi
1
Minggu 1 April  2012
KUD Cakranegara
Dalam pertemuan dengan pengurus inti KUD Cakranegara saya Menyarankan kepada pengurus KUD Cakranegara agar segera mengadakan rapat menyangkut berdirinya tower agar nantinya tidak bermasalah
2
Rabu 4 April 2012
MTs. NW Karang Bata
Dalam pertemuan yang dihadiri anggota dewan guru MTs. NW Karang Bata ikut mendorong agar semua elemen ikut menciptakan disiplin dengan datang lebih awal
3
Sabtu 7 April 2012
Di jalan Senopati V karang Bata
Dalam omong-omong soal banyaknya kasus demam berdarah dengan beberpa orang warga saya menyarankan agar tidak hanya minta disemprot atau foging namun kembali mengaktifkan kebersihan lingkungan.
4
Rabu 11 April 2012
KUD Cakranegara
Dalam pembicaraan dengan Muh Nasir ketua KUD menyarankan agar rekrutmen karyawan toko mengutamakan yang tidak punya pekerjaan agar lebih focus pada pekerjaannya
5
Sabtu 14 April 2012
Taman Udayana Mataram
Pada rapat dengan pengurus PSM kota Mataram menyarankan agar seleksi PSM teladan melibatkan pengurus PSM, serta memilih anggota selain mereka yang sudah sering terlibat secara langsung
6
Senin 23 April 2012
IAIN Mataram
Dalam pertemuan dengan beberapa teman guru yang belum mnyelesaikan tugas-tugas saya menyarankan agar tugas-tugas segera d8iselesaikan dan sebisanya saya membantu.
7
Senin 23 April 2012
Yayasan Rinjani Sakti
Mataram
Pada pertemuan dengan pengurus Yayasan Rinjani sakti saya menyarankan agar bantuan yang diterima juga difokuskan untuk pengadaan ATK agar tidak kerepotan oleh soal-soal sepele pada saat ada kegiatan
8
Selasa 24 April 2012
Kantor Lurah Abiantubuh Baru
Pada pertemuan dengan kepala TK Hamzanwadi saya menyarankan agar jika ada masalah intern segera diseleksaikan agar tidak menjadi masalah yang bisa mengganjal jalannya program
9
Rabu 25 April 2012
Sanggar Senopati
Menyarankan kepada mereka yang memiliki minat terhadap musik untuk mengikuti festival musik yang kebetulan brosurnya saya bawakan, agar bakat dan minatnya bisa berkembang.
10
Sabtu 28 April 2012
TGB Center
Dalam presentasi di depan pengurus dan anggota HIMMAH NW saya menyarankan agar mereka meneruskan tradisi menulis sebagaimana yang diwariskan oleh pendiri Nahdlatul Wathan Almaghfurlahu maulana syeikh TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid

Minggu, 29 April 2012

“Jurakan Kepeng” tradisi berbagi keceriaan




jurakan kepeng
Salah satu upacara daur hidup Masyarakat Abiantubuh pasca melahirkan anak adalah Molang-malik, dalam tradisi ini terdapat acara ngurisang yang prosesnya pernah Kampung Media ceritakan dalam Blog ini. Setelah acara ngurisang selesai, tepatnya pada saat sang anak usai dicukur dan dibawa keluar dari tempat prosesi ngurisang dilakasanakan, ada satu lagi tradisi unik. Tradisi ini menjadi agenda yang paling ditunggu oleh anak-anak. Jurakan Kepeng namanya. Secara bebas mungkin terjemahan katanya adalah berebut atau berlomba meraih uang. Biasanya uang adalah salah satu isi dari wadah bunga rampai yang dibawa saat prosesi ngurisang dilaksanakan. Selain bunga rampai tedapat beras kuning, uang logam, dan gunting untuk mencukur rambut sang bayi yang diberi nama. Paska dicukur, uang yang berada didalam wadah dihamburkan ketengah-tengah kerumunan anak-anak dan orang dewasa yang menunggu dengan wajah riang. Biasanya kepeng (uang) yang dihamburkan di tengah  kerumunan peserta Jurakan kepeng adalah uang logam. Uang logam tersebut terdiri dari kepingan uang logam Rp 100, 500,dan 1000. Jurakan Kepeng adalah agenda paling heboh. Lantunan suara orang yang membaca tahlil kadang tenggelam oleh suara mereka yang berebut untuk mendapatka kepingan uang logam. Tak hanya anak-anak. Para ibu biasanya ikut ambil bagian dalam acara ini. Dari sisi jumlah, uang yang didapat dari acara jurakang tidaklah banyak. Paling banter seorang anak bisa mendapatkan 5 atau 6 kepingan uang logam, yang jika uangnya terdiri dari pecahan uang seribuan maka jumlahnya menjadi lima atau enam ribu. Jika sial maka tak sepeser pun uang yang didapat. Lebih sial lagi jika sang anak ditindih oleh peserta lain an tidak mendapatkan apa-apa.




jurakan kepeng

jurakan kepeng







Tradisi unik ini substansinya menciptakan suasana riang saat awal pemberian nama bagi seorang anak manusia yang. Diharapkan kedepannya mereka manusia yang diliputi perasaan damai riang dan bersemangat menghadapai kehidupan. Masyarakat tradisi seringkali menyelipkan  impian dan tujuan-tujuan dalam bentuk simbol-simbol yang mesti diterjemah oleh manusia modern. Dalam simbol-simbol yang ditampilkan tersimpan kearifan yang mendorong terciptanya keseimbangan dan kemuliaan hidup. 

Rabu, 25 April 2012

Lapak PKL di Percantik






PKL atau Pekerja Kreatif Lapangan, yang dulunya berarti pedagang kaki lima kini kembali ditata. Para PKL yang mangkal di belakang hotel Lombok Garden adalah salah satu komunitas PKL yang cukup ramai dikunjungi pembeli. Sebagian besar dari para PKL ini berjualan nasi bungkus. Mereka mulai buka sejak pagi hingga malam hari. Para PKL ini memudahkan mereka para pekerja yang belum sempat sarapan di rumah  atau para pelajar dan mahasiswa yang tidak sempat memasak di kos-kosan. Harga nasi bungkus yang mereka tawarkan cukup murah. Berkisar lima atau enam ribu. mau nasi putih atau nasi kuning, biasanya harga dipatok sama. kecuali ditambah kerupuk atau telor asin. Pemerintah Kota Mataram maupun pemerintah daerah provinsi NTB, cukup apresiatif terhadap kelompok PKL ini. salah satu wujud perhatian pemerintah adalah dengan menata beberapa lapak PKL di wilayah kota Mataram.

Senin, 23 April 2012

Tafsir Sesenggak Sasak "Aiq Meneng Teparan Kurek"


 
Secara harfiah sesenggak ini dapat di artikan sebagai Aiq = air, meneng = jernih teparan = dikira , kurek = keruh. Atau “ Air yang bening dikira keruh”  : Orang yang baik-baik disangka jahat/hati-hati menilai orang.
Seringkali kita tertipu, dan hanya melihat zahir dari sebuah objek. Orang baik-baik disangka jahat, mungkin karena pakaian yang dikenakan menunjukkan dia bukan orang baik. Sebaliknya orang jahat dengan tampilan bak manusia bersih, jujur dan soleh membuat kita terkecoh dan akhirnya tertipu. Oleh sebab itu, disinilah kejernihan hati dan kehati-hatian menjadi amat dibutuhkan. Anjuran untuk berprasangka baik sangat relevan dengan sesenggak ini. Dalam anjuran agama berprasangka baik termasuk akhlaq terpuji, dan sebaliknya selalu berprasangka buruk adalah bagian dari akhlaq tercela.
Jika air yang jernih kita anggap keruh, maka sudah saatnya kita memeriksakan mata ke dokter spesialisnya. Mungkin saja terjadi gangguan pada organ penglihatan itu. Itu jika kita mengartikan sesenggak ini secara harfiahnya. Namun sesengak ibarat sebuah rumah, yang akan berbeda memiliki berbagai bentuk jika kita melihat dari sudut pandang berbeda. Artinya sesenggak mememiliki makna luas. Dalam hal ini kita bisa saja mengurai beberapa makna yang tersimpan di dalamnya. Beberapa kemungkinan makna yang bisa kita gali dari sesenggak diatas adalah :
1.    Kehati-hatian menilai sesuatu,  dalam hal apapun kehati-hatian memang di butuhkan. Jangan sampai karena ketidakhati-hatian menjerumuskan kita. Bayangkan saja, betapa banyak orang harus mengalami nasib mengenaskan karena dituduh menjadi tukang santet. Sialnya, mereka dibunuh dengan cara sadis. Dibakar, beserta rumah tempat tinggalnya. Mereka kadang-kadang dituduh dengan alas an mimpi seorang warga. Kasihan.
2.    Berprasangka baik. Hati yang bersih, tentu akan selalu terjaga dari sikap berburuk sangka kepada orang lain. Berprasangka baik terhadap orang lain, akan menghindarkan kita dari penyakit hati dan rasa curiga tanpa alas an. Berprasangka baik akan menjadikan jiwa lebih tenang.
3.   Menuduh tanpa bukti. Menuduh orang tanpa bukti adalah prilaku negativ yang harus di hindari. Salah-salah menuduh oran tanpa bukti bisa menjebak dan membuat kita menjadi seorang tertuduh. Hati-hati dengan sika ini. Agama Islam melarang orang menuduh sesama, demikian pula hukum Negara.
4.    Objektif. Kadang orang terpaksa mengatakan air yang jernih sebagai air yang keruh. Itu karena ia berbeda pandangan secara politik, aliran, agama, atau mazhab. Ini tidak adil. Periksalah kembail jiwa kita. Dalam kondisi apapun kita harus objektif. Yang jernih tetaplah jernih danyang keruh harus jelas kita katakan keruh. Janganlah   perbedaan-perbedaan tersebut membutakan mata hati kita. 

Minggu, 22 April 2012

Guru SMP Masuk Kantor Polisi


Sabtu 21 April pukul 12.00 Wita, Polsek Cakranegara didatangi kepala-kepala sekolah sekecamatan Cakranegara dan Sandubaya Kota Mataram. Para Guru itu adalah  kepala sekolah menengah pertama, baik sekolah swasta maupu sekolah negeri. Mereka datang untuk mengantar soal-soal Ujian Negara. Soal-soal yang dititip tersebut, akan digunakan pada saat ujain negara tingkat SLTP hari senin mendatang.Bersama semua kepala sekolah SMP sederajat, mereka mengambil soal di polres Mataram, dan mengantarnya ke kantor polsek terdekat dengan sekolah masing-masing. Mereka harus ikut megantar ketempat penyimpanan secara bersama-sama. Menurut Hardy, salah seorang guru Madrasah yang ikut serta mengantar soal-soal tersebut, mereka mengantar ketempat penitipan serta ikut mengatur dimana soal-soal itu diletakkan, agar pada saat penambilannya nanti tidak semerawut dan bingung mencari di mana diletakkan. Soal-soal diletakkan sendiri oleh guru dari madrasah yang bersangkutan  guna memudahkan nantinya pada saat pengambilan, kata ustadz Hardy yang datang bersama kepala sekolahnya.

Soal-soal tersebut rencananya akan didistribusikan setiap pagi kesemua sekolah menengah pertama, sesuai jadwal yang telah direncanaan. Pagi-hari sekitar jam 5.30, para guru yang bertugas mengambil soal diharapkan datang membawa berita acara pengambilan soal, dan diantar salah seorang petugas kepolisian sampai di SMP, atau MTs tempat ujian dilangsungkan.



Kamis, 19 April 2012

PKK Abiantubuh Baru, siap ikuti HARGANAS


 Dalam rangka menyambut Hari Keluarga Nasional dan Hari Kartini, ibu-ibu yang tergabung kedalam PKK Kelurahan Abiantubuh sibuk berlatih  menyankan beberapa lagu sejak seminggu yang lalu. Mereka menempati ruang belajar Popes Hijraturrasul NW Karang Bata. Para ibu dengan latar belakang pekerjaan bermacam-macam ini terlihat serius menghafal dan menyanyikan beberapa lagu seperti Mars PKK, Kadal Nongak, Mars KB, Ibu Kartini dan bebrapa lagu daerah lainya. Menurut Em Thamrin, yang mengiringi para "artis dadakan" ini dengan keyboardnya, mereka para ibu memang tidak pernah bernyanyi dan mengikuti koor sebelumnya. Para ibu yang mengikuti kegiatan ini masih kaku karena memang baru belum pernah sebelumnya, kalau mau bagus sebetulnya jangan pas ada kegiatan baru mengadakan latihan, sebaiknya latihan dilakukan secara terus menerus , kata Em Tamri disela-sela latihan kepada Kampung Media. Kegiatan Harganas dilangsungkan tanggal 19 April 2012 di lantai 3 gedung Walikota Mataram. Lurah Abiantbuh Baru Fathoni Aspriandi mengatakan mengungkapkan kebanggaannya kepada KM atas kesediaan para ibu ini meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan PKK. " Saya merasa senang anggota PKK ikut aktif dalam kegiatan ini. katanya dalam sebuah kesempatan. Para peserta berasal dari ligkungan Karang Parwa, Karang Pelambek, Karang Bata selatan, Abiantubuh Barat, Karang Bata tengah, Karang Bata Utara, dan Gedur Baru. 

Rabu, 18 April 2012

Membangkitkan Kembali Budaya Gotong-royong


    Jangan anggap photo-photo berikut ini adalah hasil rekayasa. Ini aseli. Saya terpikat,  sampai harus pulang mengambil kamera untuk mengambil gambarnya. Ini adalah peristiwa gotong-royong di sebuah sudut kampung Karang Bata tengah. Beberapa ibu muda, sibuk mengangkat sampah yang menimbun got. Kenapa saya terpikat. Selama ini saya banyak menyaksikan orang tidak peduli dengan lingkungannya sendiri. Kegotong royongan  masyarakat sudah hilang. Ibu-ibu muda ini tidak seperti itu. Mereka dengan telaten mengangkut dan memindahkan sampah. Bersemangat rasanya membangkitkan kembali budaya gotong royong yang hasilnya sangat luar biasa. Dulu kegotong-royongan itu telah menghasilkan banyak hal bermanfaat. Ayo kita ikuti jejak para ibu muda ini. Mereka dengan ikhlas membagi waktunya membersihkan got-got disepanjang jalan Senopati.  Tentu hal ini memberi manfaat bagi masyarakat. Pada saat hujan got-got itu tidak mampet dan menjadi penyebab banjir. Sampah plastiknya bisa dijual dan sediment yang terdiri dari tanah dan pasir- bisa digunakan untuk menimbun.





Senin, 16 April 2012

Nyontek dan Korupsi




Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan pada akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.
Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas kelulusan, kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standard setting. anfaat pengaturan standar ujian akhir : Adanya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi minimum. Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standard minimum pencapaian kompetensi. 
 
            Di lapangan Ujian Nasional mengalami bermacam persoalan. Mulai dari beredarnya kunci jawaban palsu, siswa yang ketakutan, guru yang membagi kunci jawaban sampai siswa yang nangis-nangis saat berdoa. Ujian nasional sebagai alat ukur layak tidaknya seseorang untuk naik ke tingkat berikutnya sebetulnya bisa menjadi alat ukur tingkat kejujurannya. Dari UN siswa bisa belajar tidak nyontek. Nyontek berarti mencuri. Siswa yang memiliki pendirian kuat dan percaya diri tidak akan nyontek saat ujian. Siswa yang sportif dan jujur tidak akan mencontek saat UN dilaksanakan. Siswa yang berakhlaq akan malu untuk nyontek saat ujian Nasional berlangsung, mesti bermacam tawaran menggiurkan. Tidak nyontek itu sama dengan belajar tidak korupsi.

Senin, 09 April 2012

LARI NARE LOMBA YANG MENGHIBUR

NA
    Ada-ada saja yang dilakukan panitia peringatan hari besar di Abiantubuh. Selain kegiatan lomba yang ada kaitannya dengan pendidikan, yang biasanya diikuti oleh anak-anak sekolah seperti lomba cerdas cermat, Pidato bahasa asing, atau lomba baca puisi, kadang lomba atau pertandingan olah raga juga tidak ketinggalan. Lomba yang paling banyak peminat biasanya lomba sepeda santai atau jalan santai. peserta yang ikut kadang mencapai ratusan orang. Salah satu lomba lain unik yang hanya melibatkan ibu-ibu adalah lomba lari nare. Lomba ini hanya diikuti oleh para ibu. Lomba lari nare adalah lomba dimana peserta meletakkan nare atau tapsi atau baki diatas kepalanya sambil berlari. Lomba yang sering diadakan disaat perayaan hari besar agama atau hari besar nasional ini cukup menghibur. biasanya para penonton akan dibuat tertawa oleh tingkah para ibu yang sehari-harinya mengurus rumah tangga itu. 

Minggu, 08 April 2012

Lokasi Pilihan Berakhir Pekan Warga Abiantubuh

Setelah seminggu dijejali aktifitas, tentu akan sangat penat dan melelahkan. Dibutuhkan suasana lain berbeda dari rutinitas yang ada agar tidak menjadi mumet dan jenuh. Warga Abiantubuh yang  memiliki aktifitas beragam, mulai dari  PNS, buruh dan wiraswatsa, juga butuh suasana beda tersebut. salah satu tujuan melepas kepenatan adalah pantai di sepanjang barat kota Mataram.Tempat ini menjadi pilihan karena menjadi tempat wisata yang murah meriah. Apalagi saat ini, pemerintah tengah menggalakkan pariwisata baik dalam sekala Kota Mataram maupun propinsi. salah satu wujud dari perhatian pemerintah adalah dengan memperbaiki beberpa lokasi yang sering menjadi tujuan wisatawan. Pantai Loang Balok misalnya, di lokasi ini tengah dibangun sarana wsata dalam bentuk taman. Pantai Loang balok menjadi tempat tujuan wisata pada akhir pekan warga Abiantubuh. dilokasi ini kebanyakan mereka membawa keluarga. Memandang matahari yang tenggelam sambil berendam di pantai adalah kegiatan paling banyak dilakukan para pengunjung. Ada juga yang datang bergerombol sambil bermain bola di atas pasir. Selain itu  warga yang gemar memancing juga menggunakan kesempatan untuk memancing ikan di lokasi ini. saat matahari tenggelam adalah saat yang ditunggu, dimana keindahan Gunung Agung di pulau  Bali bisa dilihat dengan sempurna







Kamis, 05 April 2012


Laporan Kegiatan Motivator
Kampung Media : Kampung Damai Abiantubuh Baru
Bulan : Maret 2012

No
Hari Tanggal
Lokasi
Materi
1
Jumat 2 Maret 2012
MTs. NW Karang Bata
Memberikan motivasi kepada siswa yang akan mengikuti ujian agar tidak menggunakan waktu setelah magrib untuk belajar
2
Senin 5 Maret 2012
Berugak Hamisul Asri 
pertemuan dengan Ahmad Roja'i dan anak-anak calon anggota sanggar seni Membicarakan masalah pembentukan Kelompok Sanggar agar secepatnya di realisasikan agar anak-anak yang bermain bisa bermain dengan terarah
3
Sabtu 7 Maret 2012
 Kantor Sosial Kota Mataram
Membicarakan masalah anak terlantar dengan kasi Orsos dan meminta agar anak terlantar binaan Yayaysan Rinjani Sakti diikutkan dalam program pembinaan dan pemberian bantuan
4
Selasa 10 maret 2012
kantor Gubernur 
Dengan pak Waluyo pengurus HKTI Provinsi NTB. Dalam pertemuan tersebut meminta kepada pak waluyo agar merekrut warga miskin atau ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan di rumah untuk ikut dalam pelatihan pengolahan rumput laut
5
Rabu 11 Maret 2012
KarangBata Selatan 
Pertemuan dengan anak pemilik rumah Kumuh Karang Bata selatan dan mengajurkannya untuk mengirim poto rumahnya ke pengurus BKM agar cepat mendapat tanggapan untuk diperbaiki .
6
Rabu 11 Maret 2012
 Madrasah NW Karang Bata
Berbicara dengan kelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan PPL di MTs. NW Karang Bata, menyemangati dan memberikan dorongan agar mereka melaksanakn PPL dengan lebih baik
7
Kamis 12 Maret 2012
 Rumah Pengurus Sanggar Seni Air Jernih
Mendorong agar anak-anak sanggar seni Air Jernih mengulangi materi di rumahnya agar cepat menguasai

Rabu, 04 April 2012

Nyongkolan, Jangan mengganggu ketertiban





Saat ini banyak para orang tua mulai diresahkan oleh ulah anak muda yang membuat keributan pada saat nyongkolan. Sering terjadi perkelahian yang disebabkan hanya oleh persoalan sepele seperti saling senggol atau tersinggung. perkelahian tidak hanya antar persoan, namun kadangkala meningkat menjadi keributan besar antar kampung. Tentu hal ini lebih banyak disebabkan oleh ulah sebagian anak muda yang menjadikan acara nyongkolan sebagai ajang mabuk-mabukan. Dengan iringan musik Ale-ale yang menampilkan penyanyi yang menari tarian erotis, seringkali para pemuda yang ikut nyongkolan sulit dikendalikan. Polisi lalu lintas yang menjaga keamanan di jalanan kadang kewalahan mengatasi tingkah "gila" mereka yang sudah dibius oleh hentakan musik dari sound systemnya. "Nyongkolan menjadi penyebab kemacetan, nyongkolan menjadi penyebab keributan antar pemuda, itu yang terjadi saat ini, kata Tamrin tokoh pemuda di Abiantubuh.    Ditengah keresahan masyarakat akan banyaknnya keributan yang ditimbulkan oleh anak-anak muda, tidak demikian yang terjadi pada saat nyongkolan minggu kemarin. kedua pengantin diiringi oleh ratusan pengiring berjalan cukup lancar. Nyongkolan pengantin Faisal dan Sulistia patut dicontoh. Nyongkol sebagai tradisi memang patut dilestarikan, jangan tradisi yang baik itu justru mengganggu ketertiban

Warga Keluhkan Penanganan Banjir





Karena menjadi langganan banjir warga yang tinggal di sepanjang kali unus mengeluhkan penanganannya. Menurut Farhan SH. kepala lingkungan Karang Bata Utara, banjir yang datang dan menggenangi tempat tinggal warga setiap musim hujan sudah terjadi cukup lama. "Banjir yang terjadi saat ini, dirasa cukup besar apalagi kejadiannya pas ada warga yang meninggal dan tempat pemakamannya kebanjiran" katanya sambil membantu pembuatan keranda di rumah salah satu warga yang kebetulan meninggal. Banjir yang menggenangi pemukiman warga ini memang cukup merepotkan. Sejak pagi hari liang lahat yang digali terus-menerus mengeluarkan air, warga pun cari akal dengan cara membuat peti jenazah. Tidak biasanya warga kampung ini membuat peti jenazah, namun banjir yang terjadi memaksa mereka mengambil tindakan tersebut.Selain membuat  peti jenazah, warga juga menyedot air yang terus-menerus keluar dari liang lahat tersebut dengan menggunakan mesin penedot air.  Hamisul Asri salah seorang anggota Tagana Kota Mataram, mengahrpkan agar pemerintah melakukan pengerukan atau normalisasi terhadap kali unus yang sudah sangat dangkal. 

Selasa, 03 April 2012

NTB, Tancap Gas

Lombok post 3 April 2012

Sudah cukup lama kita menanggung malu menyandang gelar sebagai daerah tertinggal dengan peringkat papan bawah. Saking lamanya, kita sampai kehilangan rasa malu itu. Tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang penting untuk disikapi. Kalaupun ada gerakan yang dirancang untuk kita bersegera melawan keterpurukan, lebih banyak dari kita cenderung apatis dan tidak mau tahu.   Susah sekali untuk bergerak maju sedikit saja dari posisi saat ini. Ada yang bilang, kita ini korban rumus statistik. Ketertinggalan yang menjadi ironi bagi sebuah daerah yang kaya akan potensi. Keindahan alam, kekayaan budaya, dan berlimpahnya hasil bumi ternyata tak mampu mendorong daerah ini untuk bisa sejajar paling tidak  Banyaklah olok-olok satire yang ditimpakan kewajah daerah ini oleh warganya sendiri. Ada yang mengatakan bahwa ini memang kutukan, ada yang kemudian mengistilahkan NTB sebagai Nasib Tidak Bersaing atau Nasib Tidak Berubah, dan sebagainya. Sebagai warga NTB, saya tidak ingin memperolok ketidak berdayaan itu dan membuat semangat  kita semakin terpuruk lalu  sulit untuk berubah. Bagi saya lebih penting untuk berfikir bagaimana kita bisa bangkit mengejar ketertinggalan itu. Kata “mengejar”, berasal dari kata kerja “kejar” yang menunjuk kepada sebuah tindakan cepat, tanggap dan progresif. Aktifitas mengejar membutuhkan energi dan dan fokus,  agar apa yang dikejar bisa didapat. Ibarat berada di lintasan sirkuit, dimana seluruh daerah berpacu menggapai kemajuan, kita memang harus segera “tancap gas” dan ngebut  sekencang-kencangnya. Ya, ngebut. Suka tidak suka, hanya itulah satu-satunya cara mengejar. Tak ada pilihan lain. Jika tidak, maka terimalah dengan ikhlas resiko menjadi NTB yang biasa-biasa saja. Menjadi NTB yang tidak terlalu dikenal, tidak terlalu diperhitungkan, dan tidak disegani karena memang berada di papan bawah. Oke, jidak tak mau menerima resiko ? artinya setuju bahwa kita harus tancap gas dan segera kebut-kebutan, menyalip daerah lain agar kita bisa lebih diperhitungkan.  Pertanyaanya siapkah kita “tancap gas” dan ngebut ?  Apakah kita punya nyali untuk menyalip daerah lain yang memiliki “kendaraan” yang tentu lebih mulus dan ajeg ?.
Ngebut dan menyalip kompetitor bukan hal gampang. Kita membutuhkan seorang sopir yang terampil, menguasai medan , penuh konsentrasi dan tidak dalam keadaan mabuk. Bukan sopir yang ugal-ugalan. Salah-salah kita justru bisa menyeruduk sapi-sapi yang akan pulang kandang, menabrak tumpukan rumput laut yang siap di jual, atau terpelanting di ladang jagung milik petani kita. Dan yang jadi korban adalah  para penumpang  kendaraan bernama NTB. Urusan ngebut dilintasan licin kita perlu mencontoh Sebastian Vettel, juara dunia F1 2010-2011. Jawara ini dengan tangkas mampu mengantipasi berbagai kemungkinan yang terjadi di lintasan mulus dan licin  di atas  tarikan mesin sepersekian detik. Satu hal penting yang mesti kita ingat jika harus ikut kebut-kebutan dengan daerah lain, bahwa para kompetitor itu juga terus memacu kendaraannya. Tidak serta merta setelah kita tancap gas, lalu dengan gampang bisa menyalipnya.
Butuh semacam “kegilaan” untuk bisa menyalip daerah lain. Kegilaan yang membuat daerah bisa melesat dengan kecepatan di atas rata-rata. Itu hanya bisa dilakukan jika sumberdaya kita memiliki cadangan kekuatan dalam bentuk inovasi-novasi cerdas dan berdaya jual. Energi cadangan yang membuat kita berpeluang mengungguli daerah lain dan kita menjadi pemenang dalam setiap kompetisi. Inovasi adalah energi yang memiliki daya salip yang kuat. Inovasi membuat kita berpeluang memenangkan pertandingan.  Dalam doa dan semangat yang tetap terjaga, kita harus berfikir lebih “liar”, berupaya menemukan invovasi itu. Dan memang, seringkali mereka yang memiliki inovasi dijuluki orang gila karena dianggap tidak masuk akal. Namun jika telah berhasil banyak dari mereka justru mendapat puji dan sanjungan. Masih ingat Hamzah ? penemu Emiter. Sebuah alat pensuplai air bagi tumbuhan yang ditanam di lahan kering. Awalnya Hamzah dianggap gila karena menanam pohon justru bukan pada musim hujan, dengan alasan pada musim hujan tanaman yang belum kuat akan cepat busuk karena kelebihan air. Ide Hamzah yang menafaatkan botol-botol bekas air mineral, pada akhirnya sukses dan membuat orang kagum. Tidak hanya itu, menjamurnya pesanan alat sederhana namun kaya manfaat ini, membuatnya harus mengumpulkan para pengangguran untuk bekeraja merakit  Emiter. Emiter membuat Hamzah harus berpresentasi lintas daerah bahkan lintas negara. Selain Hamzah ada Tyas, anak muda asal Aik Mel penemu sepatu yang bisa menjadi chargerhandphone, temuan itu membawanya ke Cina dan Amerika. Ada Lalu Selamat Martadinata penemu alat pemanggil ikan dan banyak lagi orang pintar daerah ini yang bagi saya memiliki ide brillian.
Salah satu cara merealisasikan niat untuk tancap gas dan ngebut mengejar ketertinggalan adalah dengan melahirkan gagasan “liar” dan inovatif.  Karenanya jiwa inovatif perlu kita “ternakkan” di daerah ini. Lomba-lomba yang mendorong munculnya para inovator bidang pemerintahan, desain kebijakan, penanganan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan lainnya menjadi penting untuk diadakan. Mungkin nantinya kita bisa menyaksikan lahirnya seorang penemu,  yang bisa membuat semacam alat atau gagasan cerdas, yang bisa menurunkan angka kemiskian lebih cepat dari sebelumnya, alat yang mampu menolkan angka kematian ibu dan bayi tanpa butuh biaya, alat yang mampu mengundang para wisatawan sejuta, dua juta bahkan puluhan juta mengalahkan Bali, Jogjakarta, atau Raja Ampat. Dan daerah kita bisa lebih terkenal dari Gorontalo, atau Solo yang inovatif. Dengan enteng kita bisa menyalip.Bismillah