Selain itu, dulu anak-anak lebih kreatif. Mainan yang dimiliki lebih banyak dibuat sendiri. Tidak dibeli seperti mainan anak-anak sekarang. Meriam bambu, peldok (bedil bambu dengan peluru dari buah jambu) , atau mercon busi (alat untuk meledakkan bubuk korek api yang dibuat dari ujung busi) dibuat sendiri. Untuk meriam bambu biasanya anak-anak membuatnya secara berkelompok dan meledakkannya secara bergilian, tempatnya jauh dari pemukiman. Biasanya anak-anak memilih sawah dan kebun-kebun untuk meledakkan meriam bambu. Selain meriam bambu, saya dan teman-teman juga memiliki kegemaran bermain peldok. Sejak pagi hari kami berkeliling mencari ranting bambu untuk dijadikan peldok. Setelah biasanya kami bermain perang-perangan.
Belakangan anak-anak di sekiar rumah saya menemukan cara agar suara petasan menjadi lebih besdar dari suara meriam bambu. Katanya diajarain orang Jawa. Mereka membuat alat peledak menggunakan botol bekas air mineral. Jika benda sederhana tersebut diisi karbit dan dikocok-kocok maka saat disulut dengan nyala api akan terdengar ledakan. Suara ledakannya bisa berkali-kali lipat dari suara meriam bambu. Terinspirasi besarnya suara ledakan “petasan karbit” tersebut, anak-anak itu pun memodifikasi mercon menggunakan pipa yang di las, masih dengan menggunakan karbit sebagai bahannya. Hasilnya luar biasa, suara edakannya menggelegar sampai radius ratusan meter dari tempat mercon itu diledakkan. Hal tersebut membuat banyak tentara mencari mereka. Mungkin saja para tentara itu terkejut dan menganggapnya suara bahan peledak. Anak-anak itu lari tunggang langgang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar