Lelaki ini bernama Bing Gianto. Ia
memiliki hobi menikmati pemandangan alam yang cantik dan indah. Dari hobinya itulah kemudian terbersit
keinginan untuk menuangkan keindahan alam ke dalam karya seni ukir akar pohon. Pada
suatu hari lelaki paruh baya ini, berangkat menuju areal hutan jati di pulau
Sumbawa bersama beberapa orang temannya. Saat mengitari wilayah tersebut,
secara kebetulan ia menemukan sebuah akar pohon jati yang tersangkut dan
tergeletak di sungai yang kering. Sejenak ia mengamati akar pohon yang unik
tesebut. Mucullah gagasan mencipta karya seni dari akar pohon tersebut
dibenaknya. Menurut informasi penduduk setempat, ternyata areal terebut adalah
sisa buangan HPH th. 1970. Lalu lelaki
yang ramah dan murah senyum ini, membawa akar tersebut ke Mataram dan
memprosesnya menjadi sebuah meja cantik. Hasilnya, Bupati Sumbawa Yakob Koswara
terpikat dan memotivasi serta mengijinkan agar ia memanfaatkan akar pohon
lainya. Itulah sebuah momentum yang kemudian membawanya mengikuti
pameran-pameran kerajinan di berbagai tempat. Tidak puas dengan hasil yang
diperoleh, penganut Kristen yang taat ini terus melakukan pencarian untuk
mengembangkan gagasan berkarya. Tahun 1990 ia melakukan studi ke Bali dan
Jepara. Ia mengamati dan belajar dari karya-karya seni yang terkenal desain dan
kualitasnya. Ketekunanya membuahkan
hasil. 2 Oktober 1991, ia memperoleh izn dari Departemen perindustrian di
Jakarta dan mengikuti beberapa pameran seperti PPE ( Pameran Produksi Ekspor ),
Dekranasda ( Dewan Kerajinan Nasional ), PRJ ( Pekan Raya Jakarta ) dan
sebagainya. Salah satu karyanya bahkan di pajang di Puri Cikeas. Dalam melakoni
kerja seninya, pria yang beralamat di jalan Industri no. 15 Ampenan kota
Mataram ini, mempekerjakan beberapa
pengukir lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar