Jumat, 01 Juni 2012

Generasi terakhir pembuat bata


Karang Bata. Awalnya lebih dari 70% warga kampung di wilayah Mataram ini, menggeluti produksi bata dan genteng. Dari ujung utara hingga selatan kampung, pinggir jalannya di penuhi bata buwungan dan genteng siap jual. Para penduduk melakoni usaha ini sejak pagi hingga sore hari. Memperiapkan bahan adonan tanah untuk produksi bata atau genteng atau biasa disebut ngelanyuk dilakukan sejak pagi buta. Lalu menjelang siang mereka sudah berproduksi. Dalam sehari seorang pekerja bisa menghasilkan 200 atau 300 biji bata basah. Bata – bata yang langsung dijemur ditempat produksi ini akan di angkat untuk disusun menjelang petang. Saat ini para produsen Bata dan genteng jumlahnya bisa dihitung dengan jari.  
“ sekarang harga bahan baku dan harga jual sudah tak sebanding, kami lebih baik cari kerja lain” kata salah seorang warga saat ditemui kampung media. Kini harga bahan baku seperti tanah sawah, tanah liat  dan pasir harganya berlipat-lipat. Selain itu punahnya usaha bata genteng ini juga akibat dari para pekerja yang sudah enggan untuk berproduksi. Salah satu factor keengganannya adalah karena upah yang tidak sesuai dengan harga-harga. Sekarang pinggir jalan di karang bata sudah tidak oranye lagi seperti dulu. Hanya sisa beberapa orang pekerja yang masih mau menekuni produksi bata genteng. “Mereka adalah generasi terakhir yang masih mau kerja bata genteng”  kata ibu Ali saat ditemui kampung media di kediamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar