Loudspeaker TOA memekakan telinga, saat iring-iringan pengantin Sasak memenuhi separuh badan jalan. Iring-iringan nyongkolan pengantin ini, menjadi perdebatan dibeberapa forum diskusi, baik diskusi dunia maya maupun diskusi dunia nyata. Sebagai sebauh tradisi, nyongkolan dituduh sebagai biang keributan, pemicu perkelahian, dan saling serang antar kelompok pemuda maupun kelompok antar kampung. Tragis memang. Banyak yang melenceng dari tujuan awal sebuah tradisi. Orang lalu menilai apa yang tampak dipermukaan. Kali ini Kampung media menyoroti pakian adat yang dikenakan para gadis-gadis saat iring-iringan tersebut lewat. Pakaian tersebut adalah lambung. Pakaian adat Sasak adalah Lambung untuk wanita. Yaitu baju hitam tanpa lengan dengan lubang leher berbentuk segitiga dan sedikit hiasan di bagian pinggir baju. Memakai Selendang di pundak dan Bebet yaitu selendang yang dipakai untuk ikat pinggang. Bawahannya memakai kain panjang sampai lutut. Rambut diikat rapi dan tidak teruraiPakaian ini membuat para gadis sasak ampak cantik dan mempesona. Sayang, kini pakian lambung sangat jarang terlihat. Kecuali jika ada acara adat,seperti nyongkolan dan peringatan hari nasional. Sebetulnya pemerintah bisa mengintervensi agar warisan budaya seperti pakaian ini tetap lestari dan tidak hanya muncul saat tertentu. “Sekolah bisa mewajibkan satu atau dua hari dalam tiap bulannya agar pakian adat ini bisa tetap lestari “ kata Asri salah seorang tokoh pemuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar