Kamis, 21 Juni 2012

khutbah jum'at program kampung media




MENJALIN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN KETULUSAN CINTA
H. Lalu Agus Satriawan


اْلحَمْدُ للهِ الَّذِى بِفَضْلِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبُ وَبِذِكْرِهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ مُفَرِجُ الْكُرُوْبُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلهُ ُالْحَبِيْبُ اْلمَحْبُوْبُ. اللَّهُمَّ فصَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ اْلمَوْعُوْدِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ اللهِ أُصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنْ اتَّقىَ وَخَابَ مَنْ طَغىَ.

Hadirin sidang jum’at yang dimuliakan Allah
Marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kita ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmak iman, islam, kesehatan, dan kesempatan sehingga kita dapat menggerakkan kaki kita untuk melangkah menuju tempat yang mulia ini untuk sama-sama melaksanakan ibadah shalat jum’at.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah yang telah mengajarkan umat manusia jalan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak.
Hadirin rahimakumullah.
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hidup dalam masyarakat yang individu-individunya diikat oleh hubungan yang beragam; hati, sosial, ekonomi dan lainnya. Sejak lahir, seorang anak hidup di antara anggota keluarga yang diikat oleh perasaan cinta, kasih sayang, saling menolong, jujur, loyal, ikhlas, dan ia merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan di antara mereka. Cinta anak kepada ibunya adalah cinta pertama yang dirasakan sejak lahir. Itu karena sang ibu selalu memenuhi kebutuhan dasarnya dan ia merasakan kepuasan dan kenikmatan. Kemudian secara bertahap, anak mulai mencintai orang-orang yang berada di sekelilingnya seperti bapak, saudara, kerabat, teman, tetangga dan seluruh manusia.
            Sebagaimana si anak merasakan cinta kepada kedua orang tua dan anggota keluarganya, ia juga merasakan cinta, kasih sayang, perhatian dan perlindungan mereka terhadapannya. Atmosfir yang sarat dengan rasa saling mencintai dalam kehidupan anak merupakan faktor penting dalam membentuk kematangan kepribadiannya dan agar ia merasa damai, percaya diri, dan bahagia.
            Anak yang hidup dalam lingkungan normal seperti ini akan merasakan cinta kepada semua manusia. Ia menyatu dan menyayangi mereka, berbuat baik kepada mereka, berempati terhadap orang yang membutuhkan kasih sayang, dan membantu orang yang membutuhkan bantuan. Cinta seseorang dan sikap mengulurkan bantuan kepada manusia adalah salah satu faktor penting yang menjadikannya merasa melebur dengan masyarakat dan ia merasa sebagai anggota masyarakat yang berguna. Dengan demikian, ia merasa rela terhadap dirinya dan bahagia. Para psikoterapis modern menyadari pentingnya hubungan antar manusia dalam kesehatan jiwa. Karena itu mereka manyatakan bahwa salah satu faktor penting dalam psikoterapi adalah menyatukan pasien dengan orang lain, menganjurkan mereka untuk melebur dengan masyarakat serta melakukan pekerjaan yang berguna.
Hadirin rahimakumullah yang berbahagia
Al-Qur’an membimbing kaum muslimin untuk memperkuat persaudaraan, cinta, tolong menolong dan persatuan di antara mereka. Allah berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain” (at-Taubah (9): 71)

Al-Qur’an memuji kaum Anshar karena mereka mencintai, mendukung, membantu kaum Muhajirin serta menjadikan mereka sebagai saudara. Firman Allah:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (الحشر 9)
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Rasulullah juga menganjurkan kaum muslimin untuk selalu bersatu, saling menyayangi dan mencintai. Sabda beliau,
“Demi zat yang diriku dalam tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sampai kalia beriman. Dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang membuat kalian saling mencintai?sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Tirmidzi)
           
Dalam hadits di atas, Rasulullah menjadikan cinta dan kasih sayang kaum muslimin sebagai syarat keimanan mereka dan syarat masuk surga. Mukmin sejati adalah orang yang mencintai dan dicintai manusia. Sedangkan orang yang tidak mencintai dan dicintai manusia, maka ia adalah orang yang tidak memiliki kebaikan dan harapan mendapatkan ampunan dari Allah. Sabda Rasulullah: “seorang mukmin itu adalah sesuatu yang dicintai manusia. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak menyayangi dan disayangi.” (HR. Ahmad)

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dirahmati Allah.    
Cinta seorang mukmin kepada manusia harus ikhlas karena Allah semata, bukan karena kepentingan sesaat, tujuan dan ambisi pribadi, atau karena mencari harta, kedudukan dan kekuasaan. Semua tingkah laku seorang mukmin dibimbing oleh cintanya kepada Allah dan harapan memperolah ridla-Nya. Rasulullah telah menganjurkan kaum muslimin untuk saling mencintai karena Allah dan memotivasi mereka dengan pahala yang besar. Dari Abu Malik al-Asy’ari, Rasulullah saw, ketika selesai salat, menghadapkan wajahnya kepada manusia dan bersabda: “Hai sekalian manusia, dengarkan dan camkan. Ketahuilah bahwasanya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba yang bukan Nabi dan syuhada’ karena majelis-majelis dan taqarub mereka kepada Allah.”  Maka datanglah seorang Badui dari tempat yang jauh, ia mencondongkan tangannya kepada Nabi Allah dan berkata: “wahai Nabi Allah, sekelompok orang yang bukan nabi, bukan pula syuhada’ yang disenangi oleh para nabi dan syuhada’ karena majelis-majelis dan taqarub mereka kepada Allah. Tolong sebutkan sifat mereka pada kami.” Maka berseri-serilah wajah Rasulullah atas pertanyaan si Badui. Lalu Rasulullah menjawab: “mereka adalah manusia yang dulunya berperang dan kabilah-kabilah yang bermusuhan yang tidak diikat oleh hubungan kasih sayang. Mereka saling mencintai dan merapatkan barisan karena Allah. Allah akan memberikan mimbar dari cahaya bagi mereka pada hari kiamat dan mendudukan mereka di atasnya. Lalu Allah menjadikan wajah mereka bercahaya. Pada hari kiamat, saat manusia ketakutan, mereka tidak. Mereka adalah para penolong-penolong Allah, tak ada takut atas diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (HR. Ahmad)
            Rasulullah menyeru kaum muslimin untuk mencintai manusia dengan ikhlas dan bersih dari faktor-faktor egoisme atau kikir. Hal itu dapat terwujud jika seorang mukmin mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Dari Anas, Nabi bersabda: “tidak beriman salah seorng dari kalian sampai ia mencintai saudaranya sama seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain disebutkan: “Cintailah manusia seperti engkau mencintai dirimu sendiri, maka engkau menjadi muslim.” (HR. Bukhari Muslim)
Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah.   
Sesungguhnya sikap saling mencintai dan menyayangi di antara manusia akan memperkuat hubungan-hubungan sosial di antara mereka dan memperkukuh kesatuan dan kestabilan masyarakat. Individu-individu dalam masyarakat sebenarnya adalah ibarat batu-batu bata dalam bangunan masyarakat. Jika hubungan-hubungannya terlepas dan terputus karena kebencian dan permusuhan, maka masyarakat juga akan tercerai berai dan runtuh sebagaimana halnya bangunan runtuh jika komponen-komponennya terlepas. Rasulullah sungguh menyadari hakikat itu berkat kecerdasan dan hikmahnya. Beliau menganjurkan kaum muslimin untuk saling tolong-menolong, bersaudara dan saling menguatkan agar bangunan masyarakat Islam tetap stabil, teguh dan kuat tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor penghancuran yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Rasulullah telah melukiskan sikap kerja sama dan solidaritas di antara kaum muslimin dengan kerja sama dan keharmonisan yang terjadi di antara tubuh.
            Rasulullah tidak cukup mengajak kaum muslimin untuk memperkuat persaudaraan, saling mencintai dan menyayangi, saling membantu dan menguatkan saja, tetapi beliau juga menerapkan hal itu secara praktis di dalam masyarakat Islam yang beliau bangun di Madinah. Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Hal ini menguatkan hubungan persaudaraan, cinta dan solidaritas di antara kaum muslimin. Sebut saja misalnya Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin al-Rabi’ al-Anshari dengan Abdurrahman bin Auf. Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar berikut implikasinya seperti menyebarkan ruh persaudaraan, kasih sayang, saling tolong menolong di antara kaum muslimin, adalah contoh konkrit solidaritas sosial yang tiada bandingnya dalam sejarah kemanusiaan.
            Dalam mendidik dan menjaga nilai-nilai persaudara, Rasulullah mengajarkan hal-hal yang sangat sederhana, tetapi memiliki makna ruhani yang mendalam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Maukah kalian kutunjukkan seseuatu jika kalian kerjakan, kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Malik). Dalam hadits lain disebutkan: “berjabat-tanganlah, sebab ia dapat menghilangkan kedengkian. Dan saling bertukar hadiahlah, niscaya kalian saling mencintai dan dapat menghilangkan permusuhan.”(HR. Ibn Majah, Thabrani dan Hakim).
Hadirin Jamaah sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.
Di antara cara untuk saling cinta mencintai, mempererat hubungan antar sesama muslim, dan menjaga nilai-nilai persaudaraan kaum muslimin adalah dengan selalu tetap saling berkomunikasi dan bersilaturrahmi. Berkomunikasi dan bersilaturrahmi tidak hanya dipahami dan dibatasi dengan bertatap muka saling mengunjungi, akan tetapi komunikasi dan silaturrahmi bisa diwujudkan dalam bentuk saling kontak melalui media-media elektronika, seperti telepon, HP, radio, televisi, dan juga internet.
Pemerintah Provinsi NTB dengan program Kampung Media-nya, pada hakekatnya bertujuan demi terjalinnya komunikasi dan silaturrahmi melalui media, khususnya media internet, antar warga masyarakat NTB. Komunikasi yang akan menghilangkan jarak dan ruang yang membatasi antara warga dengan warga lainnya, dan antara penguasa (pemerintah) dengan rakyatnya. Melalui  program kampung media ini diharapkan komunikasi, silaturrahmi, dan saling pengertian terus terjalin, kasih sayang tersebarkan, ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan informasi yang benar didapat oleh masyarakat. Segala bentuk kesalahpahaman, mis-komunikasi, dan konflik-konflik yang sering terjadi akibat informasi yang menyesatkan dapat dihilangkan. Dengan demikian masyarakat NTB bersaing dan religius ini benar-benar terwujud dalam kehidupannya. Masyarakat yang menjalin hubungan sosial dengan penuh rasa cinta dan persaudaraan yang tulus murni.
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنى ِوإَِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالّذِكْرِ الْحَكِيْمِ أَقُوْلُ قَوْلىِ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لىِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar