MENJALIN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN KETULUSAN
CINTA
H. Lalu Agus Satriawan
اْلحَمْدُ
للهِ الَّذِى بِفَضْلِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبُ وَبِذِكْرِهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ مُفَرِجُ الْكُرُوْبُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلهُ ُالْحَبِيْبُ اْلمَحْبُوْبُ.
اللَّهُمَّ فصَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ اْلمَوْعُوْدِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ
اللهِ أُصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنْ اتَّقىَ وَخَابَ مَنْ
طَغىَ.
Hadirin sidang
jum’at yang dimuliakan Allah
Marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kita ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan kita nikmak iman, islam, kesehatan, dan kesempatan
sehingga kita dapat menggerakkan kaki kita untuk melangkah menuju tempat yang
mulia ini untuk sama-sama melaksanakan ibadah shalat jum’at.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah yang
telah mengajarkan umat manusia jalan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak.
Hadirin
rahimakumullah.
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hidup dalam masyarakat yang
individu-individunya diikat oleh hubungan yang beragam; hati,
sosial, ekonomi dan lainnya. Sejak lahir, seorang anak hidup di antara anggota
keluarga yang diikat oleh perasaan cinta, kasih sayang, saling menolong, jujur,
loyal, ikhlas, dan ia merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan di antara
mereka. Cinta anak kepada ibunya adalah cinta pertama yang dirasakan sejak
lahir. Itu karena sang ibu selalu memenuhi kebutuhan dasarnya dan ia merasakan
kepuasan dan kenikmatan. Kemudian secara bertahap, anak mulai mencintai
orang-orang yang berada di sekelilingnya seperti bapak, saudara, kerabat, teman,
tetangga dan seluruh manusia.
Sebagaimana
si anak merasakan cinta kepada kedua orang tua dan anggota keluarganya, ia juga
merasakan cinta, kasih sayang, perhatian dan perlindungan mereka terhadapannya.
Atmosfir yang sarat dengan rasa saling mencintai dalam kehidupan anak merupakan
faktor penting dalam membentuk kematangan kepribadiannya dan agar ia merasa
damai, percaya diri, dan bahagia.
Anak
yang hidup dalam lingkungan normal seperti ini akan merasakan cinta kepada
semua manusia. Ia menyatu dan menyayangi mereka, berbuat baik kepada mereka,
berempati terhadap orang yang membutuhkan kasih sayang, dan membantu orang yang
membutuhkan bantuan. Cinta seseorang dan sikap mengulurkan bantuan kepada
manusia adalah salah satu faktor penting yang menjadikannya merasa melebur
dengan masyarakat dan ia merasa sebagai anggota masyarakat yang berguna. Dengan
demikian, ia merasa rela terhadap dirinya dan bahagia. Para psikoterapis modern
menyadari pentingnya hubungan antar manusia dalam kesehatan jiwa. Karena itu
mereka manyatakan bahwa salah satu faktor penting dalam psikoterapi adalah
menyatukan pasien dengan orang lain, menganjurkan mereka untuk melebur dengan
masyarakat serta melakukan pekerjaan yang berguna.
Hadirin
rahimakumullah yang berbahagia
Al-Qur’an membimbing kaum
muslimin untuk memperkuat persaudaraan, cinta, tolong menolong dan persatuan di
antara mereka. Allah berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ
عَزِيزٌ حَكِيمُُ
Dan orang-orang
yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebagian yang lain” (at-Taubah (9): 71)
Al-Qur’an memuji kaum Anshar karena mereka mencintai, mendukung,
membantu kaum Muhajirin serta menjadikan mereka sebagai saudara. Firman Allah:
وَالَّذِينَ
تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ
إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ
عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (الحشر 9)
Dan orang-orang
yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada
mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (kaum
Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang
mereka berikan itu). Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Rasulullah juga menganjurkan kaum muslimin
untuk selalu bersatu, saling menyayangi dan mencintai. Sabda beliau,
“Demi zat yang
diriku dalam tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sampai kalia beriman. Dan
kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan
sesuatu yang membuat kalian saling mencintai?sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits di atas, Rasulullah menjadikan cinta dan kasih sayang
kaum muslimin sebagai syarat keimanan mereka dan syarat masuk surga. Mukmin
sejati adalah orang yang mencintai dan dicintai manusia. Sedangkan orang yang
tidak mencintai dan dicintai manusia, maka ia adalah orang yang tidak memiliki
kebaikan dan harapan mendapatkan ampunan dari Allah. Sabda Rasulullah: “seorang
mukmin itu adalah sesuatu yang dicintai manusia. Tidak ada kebaikan pada orang
yang tidak menyayangi dan disayangi.” (HR. Ahmad)
Hadirin sidang
shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Cinta seorang mukmin
kepada manusia harus ikhlas karena Allah semata, bukan karena kepentingan
sesaat, tujuan dan ambisi pribadi, atau karena mencari harta, kedudukan dan
kekuasaan. Semua tingkah laku seorang mukmin dibimbing oleh cintanya kepada
Allah dan harapan memperolah ridla-Nya. Rasulullah telah menganjurkan kaum
muslimin untuk saling mencintai karena Allah dan memotivasi mereka dengan
pahala yang besar. Dari Abu Malik al-Asy’ari, Rasulullah saw, ketika selesai
salat, menghadapkan wajahnya kepada manusia dan bersabda: “Hai sekalian
manusia, dengarkan dan camkan. Ketahuilah bahwasanya Allah Azza wa Jalla
memiliki hamba-hamba yang bukan Nabi dan syuhada’ karena majelis-majelis dan
taqarub mereka kepada Allah.” Maka
datanglah seorang Badui dari tempat yang jauh, ia mencondongkan tangannya
kepada Nabi Allah dan berkata: “wahai Nabi Allah, sekelompok orang yang bukan
nabi, bukan pula syuhada’ yang disenangi oleh para nabi dan syuhada’ karena
majelis-majelis dan taqarub mereka kepada Allah. Tolong sebutkan sifat mereka
pada kami.” Maka berseri-serilah wajah Rasulullah atas pertanyaan si Badui.
Lalu Rasulullah menjawab: “mereka adalah manusia yang dulunya berperang dan
kabilah-kabilah yang bermusuhan yang tidak diikat oleh hubungan kasih sayang.
Mereka saling mencintai dan merapatkan barisan karena Allah. Allah akan memberikan
mimbar dari cahaya bagi mereka pada hari kiamat dan mendudukan mereka di
atasnya. Lalu Allah menjadikan wajah mereka bercahaya. Pada hari kiamat, saat
manusia ketakutan, mereka tidak. Mereka adalah para penolong-penolong Allah,
tak ada takut atas diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (HR.
Ahmad)
Rasulullah
menyeru kaum muslimin untuk mencintai manusia dengan ikhlas dan bersih dari
faktor-faktor egoisme atau kikir. Hal itu dapat terwujud jika seorang mukmin
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Dari Anas, Nabi
bersabda: “tidak beriman salah seorng dari kalian sampai ia mencintai
saudaranya sama seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari
Muslim). Dalam hadits lain disebutkan: “Cintailah manusia seperti engkau
mencintai dirimu sendiri, maka engkau menjadi muslim.” (HR. Bukhari Muslim)
Ma’asyiral
Muslimin yang dimuliakan Allah.
Sesungguhnya sikap saling
mencintai dan menyayangi di antara manusia akan memperkuat hubungan-hubungan
sosial di antara mereka dan memperkukuh kesatuan dan kestabilan masyarakat.
Individu-individu dalam masyarakat sebenarnya adalah ibarat batu-batu bata
dalam bangunan masyarakat. Jika hubungan-hubungannya terlepas dan terputus karena
kebencian dan permusuhan, maka masyarakat juga akan tercerai berai dan runtuh
sebagaimana halnya bangunan runtuh jika komponen-komponennya terlepas.
Rasulullah sungguh menyadari hakikat itu berkat kecerdasan dan hikmahnya.
Beliau menganjurkan kaum muslimin untuk saling tolong-menolong, bersaudara dan
saling menguatkan agar bangunan masyarakat Islam tetap stabil, teguh dan kuat
tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor penghancuran yang dilancarkan oleh
musuh-musuh Islam. Rasulullah telah melukiskan sikap kerja sama dan solidaritas
di antara kaum muslimin dengan kerja sama dan keharmonisan yang terjadi di
antara tubuh.
Rasulullah
tidak cukup mengajak kaum muslimin untuk memperkuat persaudaraan, saling
mencintai dan menyayangi, saling membantu dan menguatkan saja, tetapi beliau
juga menerapkan hal itu secara praktis di dalam masyarakat Islam yang beliau
bangun di Madinah. Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.
Hal ini menguatkan hubungan persaudaraan, cinta dan solidaritas di antara kaum muslimin.
Sebut saja misalnya Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin al-Rabi’
al-Anshari dengan Abdurrahman bin Auf. Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan
Anshar berikut implikasinya seperti menyebarkan ruh persaudaraan, kasih sayang,
saling tolong menolong di antara kaum muslimin, adalah contoh konkrit
solidaritas sosial yang tiada bandingnya dalam sejarah kemanusiaan.
Dalam
mendidik dan menjaga nilai-nilai persaudara, Rasulullah mengajarkan hal-hal
yang sangat sederhana, tetapi memiliki makna ruhani yang mendalam. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda: “Maukah kalian kutunjukkan seseuatu jika
kalian kerjakan, kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara
kalian.” (HR. Malik). Dalam hadits lain disebutkan: “berjabat-tanganlah,
sebab ia dapat menghilangkan kedengkian. Dan saling bertukar hadiahlah, niscaya
kalian saling mencintai dan dapat menghilangkan permusuhan.”(HR. Ibn Majah,
Thabrani dan Hakim).
Hadirin Jamaah
sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.
Di antara cara untuk saling cinta mencintai, mempererat hubungan antar
sesama muslim, dan menjaga nilai-nilai persaudaraan kaum muslimin adalah dengan
selalu tetap saling berkomunikasi dan bersilaturrahmi. Berkomunikasi dan
bersilaturrahmi tidak hanya dipahami dan dibatasi dengan bertatap muka saling
mengunjungi, akan tetapi komunikasi dan silaturrahmi bisa diwujudkan dalam
bentuk saling kontak melalui media-media elektronika, seperti telepon, HP,
radio, televisi, dan juga internet.
Pemerintah Provinsi NTB dengan program Kampung Media-nya, pada hakekatnya
bertujuan demi terjalinnya komunikasi dan silaturrahmi melalui media, khususnya
media internet, antar warga masyarakat NTB. Komunikasi yang akan menghilangkan
jarak dan ruang yang membatasi antara warga dengan warga lainnya, dan antara
penguasa (pemerintah) dengan rakyatnya. Melalui
program kampung media ini diharapkan komunikasi, silaturrahmi, dan
saling pengertian terus terjalin, kasih sayang tersebarkan, ilmu pengetahuan
yang bermanfaat dan informasi yang benar didapat oleh masyarakat. Segala bentuk
kesalahpahaman, mis-komunikasi, dan konflik-konflik yang sering terjadi akibat
informasi yang menyesatkan dapat dihilangkan. Dengan demikian masyarakat NTB
bersaing dan religius ini benar-benar terwujud dalam kehidupannya. Masyarakat
yang menjalin hubungan sosial dengan penuh rasa cinta dan persaudaraan yang
tulus murni.
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنى
ِوإَِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالّذِكْرِ الْحَكِيْمِ أَقُوْلُ قَوْلىِ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لىِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.