Sabtu, 19 Mei 2012

Melihat Surga dari Puncak Rinjani


.




Menaiki puncak Rinjani, seperti menjadi semacam tradisi bagi anak muda Karang Bata  Kota Mataram. Mereka wewarisi kebiasaan para orang tuanya yang juga kerap melakukan perjalanan penuh tantangan itu. Menurut cerita Haji Mahsin yang kini telah berusia 60an tahun. Dulunya mereka berangkat  dari Mataram, menerabas hutan Sesaot untuk mencapai puncak Rinjani. Mungkin saja motivasi perjalanan mereka dulunya, telah berbeda dengan motivasi anak muda saat ini. Karang Bata memliki 100-an orang pendaki aktif yang setiap tahun mendaki dan menjelajahi Rinjani dan gunung-gunung  lain seperti Tambora, Semeru, Arjuno dll. Mereka tergabung dalam beberpa komunitas pendaki seperti KARBAPALA ( Karang Bata Pecinta Alam )  dan Karang Bata Raya Rinajni Tracking club. Tidak hanya berkomunitas secara langsung namun klub pencinta ala mini juga bersilaturrahmi lewat jejaring social facebook. Pada sebuah sore yang hangat, Ahmad Juaeni salah seorang pendaki aktif mendatangi markas Kampung Media Abiantubuh. “pinjam kameranya dulu, saya mau mendaki besok pagi” katanya.  Juaeni atau juen biasa dipanggil, adalah salah seorang pendaki ulung. Lihat saja kali ini, menurut pengakuannya, dia akan menaklukan puncak Rinjani sendiri tanpa ditemani kawan-kawannya. Berikut KM akan menyampaikan penuturan sekembalinya mendaki puncak gunung tertinggi di Pulau Lombok itu.

Senen pagi saya berangkat  sendirian dari kampung. Karena sendiri, dari terminal Mandalika saya berangkat menggunakan minibus engkel. Tiba di Sembalun  jam 2 siang. Saya harus merogoh saku dan menghabiskan Rp 20 000 untuk membayar biaya perjalanan Mataram Sebalun. Setelah membeli tiket di pos Rp 10 ribu, saya melanjutkan perjalanan dari Bawaq Nao sembalun. Jika di Mataram hujan maka didalam perjalanan cuaca bebeda. Langit tampak cerah. Tiba di POS 3 jam menunjukan pukul 17.00 wita. Saatnya untuk beristirahat dan menginap. Seperti biasa, hawa dingin menusuk-nusuk tulang. Pos 3 waktu itu cukup ramai oleh para pendaki. Dari komunikasi yang kami lakukan, mereka berasal dari berbagai Negara, tidak hanya dari wilayah Indonesia. Saya sempat bercakap dengan pendaki asal Malaysia yang rombongannya sampai 40 orang. Mereka datang karena tertarik dengan keindahan alamLombok. Salah seorang pendaki dari negeri impian para TKI menceritakan kekagumannya pada   kemolekan Rinjani dan dalam setahu bisa 2 atau 3 kali datang ke Lombok untuk  berwisata. Ketertarikan itu juga yang membuat ia menjadi semacam “duta wisata” yang mempromosikan pulau Lombok kepada banyak teman-temannya.  Menurut penuturan sang wisatawan, saat ini Lombok dengan Rinjani dan Pantainya yang indah sedang menjadi salah satu destinasi wisata yang sedang ngetren, baik di Singapura maupun Malaysia. Ini adalah hasil dari program unggulan pemerinah NTB, VISIT LOMBOK SUMBAWA 2012.
Pagi harinya cuaca cukup cerah. Setelah sarapan pagi seadanya, pukul Sembilan langsung mendaki menuju Pelawangan.  Tiba di pelawangan sekitar Jam 13.00 wita. Keindahan pemandangan yang  tersaji, membuat rasa lelah dan penat hilang seketika. Anugerah cantiknya alam Lombok seaka membayar lunas pegal dan rasa haus. Dari pelawangan kita bisa melihat danau Segare Anak yang terkenal cantik itu. Di Pelawangan menginap semalam, untuk besok paginya mendaki puncak Rinjani. Tiba saatnya bergerak menaklukkan puncak tertinggi di pulau Lombok. Waktu jam menujjukkan pukul dua dini hari. Puluhan orang antri untuk menaiki puncak pesona Lombok itu. Lokasi puncak yang sempit, ukurannya sekita 9 meter persegi. Meski sempit orang rela untuk antri. Dari puncaklah kita bisa melihat potongan surga yang jatuh kebumi. Itulah pulau Lombok. Jika berutung mendapatkan cuaca cerah, dari puncak yang sempit itu kita bisa melihat berbagai gili yang mengelilingi Pulau Lombok, Gunung Tambora, Gunung Agung yang indah dan menakjubkan.  Setelah menikmati keindahan puncak saya langsung turun.  Jam 7 turun dari puncak dan tiba di Basecamp Pelawangan Pukul 08.00 . Sambil Istirahat, besiap-siap mengemasi barang untuk turun ke Danau Segare Anak.

Catatan perjalanan Ahmad Juaeni. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar