.
Menaiki puncak Rinjani, seperti menjadi semacam tradisi bagi
anak muda Karang Bata Kota Mataram. Mereka
wewarisi kebiasaan para orang tuanya yang juga kerap melakukan perjalanan penuh
tantangan itu. Menurut cerita Haji Mahsin yang kini telah berusia 60an tahun. Dulunya
mereka berangkat dari Mataram, menerabas
hutan Sesaot untuk mencapai puncak Rinjani. Mungkin saja motivasi perjalanan
mereka dulunya, telah berbeda dengan motivasi anak muda saat ini. Karang Bata
memliki 100-an orang pendaki aktif yang setiap tahun mendaki dan menjelajahi Rinjani
dan gunung-gunung lain seperti Tambora,
Semeru, Arjuno dll. Mereka tergabung dalam beberpa komunitas pendaki seperti
KARBAPALA ( Karang Bata Pecinta Alam ) dan Karang Bata Raya Rinajni Tracking club. Tidak
hanya berkomunitas secara langsung namun klub pencinta ala mini juga
bersilaturrahmi lewat jejaring social facebook. Pada sebuah sore yang hangat,
Ahmad Juaeni salah seorang pendaki aktif mendatangi markas Kampung Media
Abiantubuh. “pinjam kameranya dulu, saya mau mendaki besok pagi” katanya. Juaeni atau juen biasa dipanggil, adalah
salah seorang pendaki ulung. Lihat saja kali ini, menurut pengakuannya, dia
akan menaklukan puncak Rinjani sendiri tanpa ditemani kawan-kawannya. Berikut KM
akan menyampaikan penuturan sekembalinya mendaki puncak gunung tertinggi di
Pulau Lombok itu.
Senen pagi saya berangkat sendirian dari kampung. Karena sendiri, dari
terminal Mandalika saya berangkat menggunakan minibus engkel. Tiba di Sembalun jam 2 siang. Saya harus merogoh saku dan
menghabiskan Rp 20 000 untuk membayar biaya perjalanan Mataram Sebalun. Setelah
membeli tiket di pos Rp 10 ribu, saya melanjutkan perjalanan dari Bawaq Nao
sembalun. Jika di Mataram hujan maka didalam perjalanan cuaca bebeda. Langit tampak
cerah. Tiba di POS 3 jam menunjukan pukul 17.00 wita. Saatnya untuk
beristirahat dan menginap. Seperti biasa, hawa dingin menusuk-nusuk tulang. Pos
3 waktu itu cukup ramai oleh para pendaki. Dari komunikasi yang kami lakukan,
mereka berasal dari berbagai Negara, tidak hanya dari wilayah Indonesia. Saya sempat
bercakap dengan pendaki asal Malaysia yang rombongannya sampai 40 orang. Mereka
datang karena tertarik dengan keindahan alamLombok. Salah seorang pendaki dari
negeri impian para TKI menceritakan kekagumannya pada kemolekan Rinjani dan dalam setahu bisa 2
atau 3 kali datang ke Lombok untuk
berwisata. Ketertarikan itu juga yang membuat ia menjadi semacam “duta
wisata” yang mempromosikan pulau Lombok kepada banyak teman-temannya. Menurut penuturan sang wisatawan, saat ini
Lombok dengan Rinjani dan Pantainya yang indah sedang menjadi salah satu
destinasi wisata yang sedang ngetren, baik di Singapura maupun Malaysia. Ini adalah
hasil dari program unggulan pemerinah NTB, VISIT LOMBOK SUMBAWA 2012.
Pagi harinya cuaca cukup cerah. Setelah sarapan pagi
seadanya, pukul Sembilan langsung mendaki menuju Pelawangan. Tiba di pelawangan sekitar Jam 13.00 wita. Keindahan
pemandangan yang tersaji, membuat rasa
lelah dan penat hilang seketika. Anugerah cantiknya alam Lombok seaka membayar
lunas pegal dan rasa haus. Dari pelawangan kita bisa melihat danau Segare Anak
yang terkenal cantik itu. Di Pelawangan menginap semalam, untuk besok paginya
mendaki puncak Rinjani. Tiba saatnya bergerak menaklukkan puncak tertinggi di
pulau Lombok. Waktu jam menujjukkan pukul dua dini hari. Puluhan orang antri
untuk menaiki puncak pesona Lombok itu. Lokasi puncak yang sempit, ukurannya
sekita 9 meter persegi. Meski sempit orang rela untuk antri. Dari puncaklah
kita bisa melihat potongan surga yang jatuh kebumi. Itulah pulau Lombok. Jika
berutung mendapatkan cuaca cerah, dari puncak yang sempit itu kita bisa melihat
berbagai gili yang mengelilingi Pulau Lombok, Gunung Tambora, Gunung Agung yang
indah dan menakjubkan. Setelah menikmati
keindahan puncak saya langsung turun. Jam
7 turun dari puncak dan tiba di Basecamp Pelawangan Pukul 08.00 . Sambil
Istirahat, besiap-siap mengemasi barang untuk turun ke Danau Segare Anak.
Catatan perjalanan Ahmad Juaeni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar