Pada sebuah
sore yang mendung, dua orang teman dari Praya Lombok Tengah datang bertamu ke
Abiantubuh, di markas Kampung Media. Dua orang tamu tersebut adalah tokoh muda
penting yang banyak berkiprah dalam mendampingi ummat. Yang satunya adalah dosen
di Universitas Nahdlatul Wathan, dan satunya lagi Tuan Guru, pemimpin pondok
pesantren. Keduanya memiliki postur tubuh ideal, atau bisa dibilang atletis,
karena disela-sela aktifitasnya mereka berdua adalah “penggila” olah raga
Futsal. Sebagai sahabat, mereka memang sering bertamu seperti juga saya yang
sering datang ke Pondok Pesantren yang diasuh oleh sang Tuan guru. Pertemuan-pertemuan
dengan mereka selalu menjadi hangat, karena cerita yang dibawa atau saya
ceritakan adalah hal-hal baru. Hari itu sang dosen keluar meninggalkan sang
Tuan guru di Markas Kampung Media Abiantubuh untuk member kuliah di kampusnya.
Akhirnya kami hanya berbagi cerita dengan Tuan guru. Oh ya, Tuan guru itu
bernama Tuan Guru Haji Fakhruddin Lc. Dan
Pondok yang diasuhnya bernama Pondok Pesantren Subulussalam – Gerunung Lombok
Tengah. Yayasannya bernama Yayasan Pendidikan Islam Subulussalam, disingkat
YAPISBA. Kedatangan TGH. Fakhruddin kali ini, membawa sebuah cerita tentang
betapa keajaiban sedekah itu adalah hal yang nyata.
“ Hari hampir magrib magrib, saat
tiba-tiba sebuah motor berhenti dan memutar arah, memasuki pondok pesantren. Waktu
itu saya sedang duduk-duduk di beruga’ sambil
memandangi anak-anak santri yang sedang beraktifitas” Kata TGH Fakhruddin mengawali ceritanya.
“ Sampai di halaman ponpes, tamu
asing tersebut mematikan motor lalu mengucap salam, dan saya mempersilahkan agar
ia duduk. Dari pengakuannya, tamu tersebut adalah seorang muallaf sebut saja
namanya Komang, yang sedang mengalami masa ekonomi” TG Fakhruddin melanjutkan
cerita.
Menurut TGH. Fakruddin, Pak Komang menceritakan perjalanan dirinya
menjadi muallaf. Dari seorang yang berpangkat dan kaya, ia tinggalkan semua
yang dimilikinya. Hijrah ke Lombok mencari sisi hidup lain dari sebelumnya. Banyak
hal pahit yang beliau temui saat mempertahankan keinginannya untuk pindah
agama. Di ujung cerita, ia mohon untuk dibantu. Akhirnya Tuan Guru Fakhruddin memutuskan untuk
membantu, dengan mengajak muallaf tersebut ke ATM. Uang Rp. 1.500.000.
berpindah tangan, sang muallaf tersenyum kesulitannya teratasi. Dan mereka pun
berpisah. Tidak lama berselang berselang setelah kejadian itu, datanglah kejadian
ajaib. Seseorang member I uang yang jumlahnya dua kali lipat dari jumlah uang yang
dihibahkan kepada sang muallaf. Tiga juta rupiah jumlahnya.
“Saya merinding, betapa sedekah itu
memang ajaib “ Kata Tuan Guru menutup ceritanya. Kisah ini insfiratif bagi
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar