KM Abiantubuh.
(1/9/2012).Setiap ada Roah atau acara kenduri, yang pertama dipanggil epen gawe (yang empunya hajat) tentulah
seorang ran. Seorang ran membawa amanah dan memegang peran
penting dalam sebuah prosesi Begawe dalam
tradisi masyarakat Sasak. Pada saat pertama di undang oleh yang empunya hajat,
biasanya ran akan menanyakan berapa banyak undangan dari sang epen gawe. Dengan menghitung jumlah undangan maka ran akan tahu berapa kilo daging yang
harus disiapkan, berapa kilo beras dan berapa banyak bumbu yang akan dihabiskan
dalam prosesi tersebut. Menjadi Ran bukanlah persoalan mudah. Soseorang tidak
hanya dituntut untuk memiliki keterampilan dibidang memasak masakan
tradisional, namun secara spiritual sang ran harus pula memiliki “ilmu”. Hal
ini untuk menangkal banyak orang iseng yang kadang juga mencoba-coba ilmu yang
mereka miliki.
“ Dalam acara begawe dalam masyarakat Sasak, dulu
sering ada yang mencoba ilmu yang mereka miliki, apakah masih mandi (ampuh) atau tidak. Ilmuilmu yang
di coba biasanya ilmu hitam yang bisa merecoki suasana begawe. Dulang yang sudah siap di santap kadang bisa langsung basi,
lauk pauk atau nasi kadang tidak bisa matang, atau hal lain yang bisa membuat
suasana begawe menjadi terganggu” kata Haji Ali kepada kampung Media.
Seorang ran dituntut untuk mampu mengatasi
permasalah-permasalahan tersebut agar sang empunya acara tidak malu. Biasanya orang
yang mencoba ilmunya bertujuan mempermalukan epen gawe. Untuk itu ran kadang
sangat terapil membuat orang cepat kenyang, tentu dangan mengggunakan ilmu
kanuragan yang mereka miliki.
Papuq Rawidah
adalah contohnya. Sejak hari sebelum begawe, ia telah sibuk mempersiapkan
segala sesuatu agar acara begawe berjalan mulus. Acara Roah makam pasca lebaran
topat kemaren, ia menjadi “orang penting” yang dicari-cari para epen gawe agar acaranya bisa sukses. Papuq
Idah, belum memiliki generasi penerus. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar