Abiantubuhnews. Mataram (6/11/12) Naskah Petang di Taman
Karya Iwan Simatupang, ditampilkan secara sempuna oleh Teater Embrio. Pementasan
yang dimulai tepat pukul 16.00 wita itu cukup ramai. Ratusan penonton yang
memenuhi gedung pertunjukan Taman budaya Mataram tak beranjak hingga akhir
pementasan. Pentas yang disutradarai Winsa itu menghadirkan Echa sang ungu
sebagai Wanita, Salman Faris sebagai
lelaki setengah baya, Achim sebagai penjual balon dan Winsa sebagai orang
tua. Di belakang pangung terdapat ipang
dan budi sebagai illustrator music, Rahman TB memegang laighting dan winsa tata
artistic.
Teater Embrio didirikan di Mataram Lombok NTB 2000, Sebuah kelompok teater
yang selaras dengan namanya , “embrio”nya lebih merupakan cikal bakal bagi
kehidupan teater setelahnya. Bahwa siapapun yang mengolah diri di kelompok ini
dapat menyerap tentang segala bentuk seluk-beluk piker laku teater untuk
merentang jejak di waktu dan medan yang lain. Jadi Teater Embrio Lombok boleh
saja ditamsil sebagai ruang kelas bagi dakian tingkat selanjutnya. Sebab itu
setiap proses produksi pentas yang dilakukan
selalu menyeolahkan studi, workshop, serta pembentukan sikap.
Karya pentas Teater embrio Lombok selama ini mencoba
menghadirkan lakon konsep terencana dan argumentative sehingga membuka ruang untuk
didiskusikan sekaligus dipertanggungjawabkan. Segala soal dalam teater,
tentulah. Mulai dari filosofi nilai yang tersirat dalam naskah, penyutradaraan,
acting, atau tata artistic sampai masalah kecil yang mungkin diluar
perhatian banyak orang, tetap saja kelompok
ini digarap sedetail mungkin. Satu suku kata dalam rangkaian dialog misalnya
menjadi satu hal penting yang memperoleh posisi signifikan. Dan sebagainya.
Hingga hari ini lakon yang pernah dipentaskan antara lain “
insomnia” monolog adaptasi cerpen Sony Karsono (2000-2005) Mataram,
Banjarmasin, Makassar, Negara, Jakarta) Malam Jahanam( Motinggo Busye), Petang
di Taman(Iwan Simatupang), Dukun palsu(Moliere), Strategi Cupak (Winsa), Sau
Lawan Satu (Winsa), Karya lakon Satu Lawan Satu (2009) memperoleh program hibah
Seni karya Inovasi dari Yayasan Kelola yang dipentaskan di Teater Tertutup
Taman Budaya NTB selama 6 hari berturut-turut, ditambah sehari di Kampung Punia
Saba Mataram. Pertunjukan teater yang diakrabi pablik segala kalangan merupakan
dambaan yang selama ini diimpikan juga diupayakan.
Sinopsis Petang di Taman
Adalah Orang Tua, Lelaki Setengah Baya, Penjual Balon, dan
wanita. Empat orang dalam persoalan pribadi masing-masing berupa peristiwa yang pernah dialami. Trauma masa lalu itulah
yang yang mengantar mereka menuju mimpi sekaligus harapan untuk(siapa tahu)
dapat digapai di hari esok. Malah lebih dari itu, perburuan kebenaran
individual yang telah menjadi
keyakinannya. Demi sebuah eksistensi yang dirindukan oleh setiap manusia.
Secara tidak disengaja, keempatnya bertemu di sebuah taman. Meski tidak saling
mengenal tapi percakapanpun terjadi juga. Mulanya tidak nyambung memang. Tapi justru ketidaknyambungan itulah yang menjembatani
komunikasi mereka. Sebab mereka bebas
merdeka untuk mencampuri setiap pembicaraan, setiap penghidupan yang kebetulan
berlalu di taman itu.(weng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar