Sebut saja
namanya Pak Em. Dalam keseharian Pak Em
menunjukkan sikap santun dan sangat
hormat kepada orang lain. Meskipun umurnya sudah tergolong lanjut usia, tapi ia
tetap menunjukkan sikap hormatnya kepada yang muda. Bagi saya Pak EM adalah
sosok teladan yang langka. Disaat para tokoh tua tak menghargai eksistensi kaum
muda, Pak Em justru sebaliknya. Cara berinteraksi atau berkomunikasi dengan
orang lain selalu hangat. Orangnya sederhana dan jujur. Darinya saya banyak
sekali belajar tentang kejujuran. Saya mengenal dia dan anak keluarganya.
Kepada anaknya ia senantiasa menanamkan prinsip-prinsip kejujuran. Suatu saat istrinya membawakan anak-anaknya
kue dari kantornya untuk oleh-oleh. Saat istrinya memberikan oleh-oleh kue, anaknya
langsung bertanya. “Apakah kue ini hasil korupsi atau tidak ?, tanya sang anak
kepada ibunya. Istrinya diam tak menjawab.
Bagi saya
pertanyaan si anak termasuk kritis dan menyentak. Kadang orang membawa pulang sesuatu yang bukan hak kita
dari kantor pemerintah. Biasanya dalam acara rapat atau sejenisnya di sebuah
kantor pemerintah, undangan yang hadir tak selalu persis seperti jumlah
terundang. Sedangkan fasilitas rapat mulai dari ruangan, jumlah kursi, konsumsi
hingga transportasi sudah disediakan sesuai jumlah undangan. Jika yang
menghadiri undangan hanya 20 atau 30 persen, maka sisanya cukup banyak. Dengan
alas an mubazir maka setiap orang panitia akan membawa pulang pernak-pernik
sisa acara tersebut seperti ATK, konsumsi, dan termasuk uang transport. Tanda
tangan kehadiran atau tanda tangan penerimaan transportasi dipalsukan, agar
laporan pertanggungjawaban kegiatan tidak dipertanyakan. Karena semua itu harus
dibagi habis. Dalam kondisi ini jelas sekali hitam putihnya, uang kelebihan
atau sisa kegiatan harus dikembalikan ke kas Negara. Uang itu tidak boleh
digunakan untuk hal lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar