Malam hari menjadi saat bergaul dan bersenda gurau bagi
banyak orang. Yang punya uang akan pergi mencari hiburan dengan berjalan-jalan
atau nongkrong di café sambil menikmati music. Sekelompok anak muda Abiantubuh
Karang Bata, biasanya nongkrong di pinggir jalan sambil bermusik. Mereka akan
menggunakan kesempatan tersebut sebagai ajang bercengkrama sebab siangnya tidak
bisa bertemu karena katifitas berbeda. Mereka mulai bermusik sudah cukup lama,
sekitar awal tahun 1990. Meski tak satu pun dari anak-anak muda tersebut yang
pernah mengenyam pendidikan bermusik, namun ketekunan mereka belajar secara
autodidak, membuat sebagian dari mereka mahir memainkan alat-alat music. Merun
misalnya, kepiawiannya memainkan guitar membuat dia menjadi player beberapa
album music lokal. Dari generasi yang muncul tahun 1990an itu banyak yang
kemudian bermain music secara professional dan mendapat bayaran. Ada yang
bermain dari café ke café, ada yang bermusik di acara perkawinan, kecimol,
panggung konser, bahkan mengikuti berbagai festival. Sabarudin, salah seorang
di antara mereka bahkan menerima job hingga menyeberang ke Gili Trawangan
bahkan pulau Sumbawa. Para perintis music awal tersebut seperti Sabarudin, Adi,
Akim Babakan, Kenjol, Jum Enjong mendirikan Grup Musik Bernama “Pagah Band” .
Grup ini bubar setelah sebagian besar personilnya merantau ke Malaysia.
Belakangan saat music Underground merebak, anak-anak muda
karang bata tak keinggalan. Muncullah generasi bermusik dengan warna yang berbeda. Mereka
memainkan music sangar. Para Pemuda mendirikan grup-grup music berwarna keras, seperti
kelompok Hardcore, Kelompok Blac Metal, Kelompok Death Metal, Kelompok Punk dan
lain-lain. Musik Sangar ini dibawa dedengkot Musik metal Lombok asal Kamasan,
Bang Don namanya. Kalau tak salah lebih dari delapan grup music metal lahir di
Karang Bata. Mereka tampil di panggung-panggung parade music yang sealiran
dengannya di Mataram, Praya dan Selong. Pelahan Musik Metal mulai ditinggalkan.
Meskipun banyak yang berhenti karena berbagai kesibukan, beberapa musisi dan
kelompok masih aktif berlatih dan kerap tampil di berbagai tempat. Trend music metal
berlalu, muncullah trend baru bernama Musik Reggae.
Demam Reggae merambah semua kalangan. Anak-anak SD di
Abiantubh tergila-gila kepada music yang
identik dengan Bob Marley dan ganja ini. Banyak anak-anak muda kemudian menjadi
fans Fanatik musisi reggae lokal seperti Amtenar, Joe Melow, Richard dll.
Sebetulnya, bermain music bagi anak-anak Abiantubuh Karang
Bata bukan hal baru, bermusik telah dilakoni secara turun temurun. Saat music modern
belum begitu berkembang, kelompok music tradisional telah ada dan eksis
menghibur masyarakat. Itu terjadi kira kira pertengahan tahun 60-an. Saat saya
masih kecil (tahun 1978), saya menemukan peralatan music seperti gendang dan
alat lain tergantung banyak sekali. Para orang tua waktu itu sangat mahir
memainkan music tradisional. Sekitar tahun 70an music modern mulai banyak
dimainkan di kampung. Salah satu grup music yang berdiri saat awal itu konon
bernama “Orkes Melayu Embun Pagi “ para musisinya saat ini banyak yang sudah
wafat.
Di zaman ini, meski trend music sudah berganti-ganti,
generasi tahun 90an masih banyak memainka music dangdut. Dangdut memang tak
pernah mati. Malam itu(7/Sept) Kampung Media ikut larut saat mereka memainkan
lagu-lagu melayu. Ditemani rokok dan kopi, yang hadir terbius oleh permainan
mereka. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar