KM Abiantubuh. (14 Juli 2013)Manakala Ramadhan tiba, semua
menjadi istimewa. Langit malam seakan
mengubah warna menjadi langit paling ceria diantara 12 bulan lainnya. Subuh yang
masih terasa hangatnya santapan sahur, zuhur khusyu’ dalam tikaman rasa lapar,
Ashar yang tenang, serta Magrib yang menjadi ujung dari pertarungan. Hari-hari
menjadi doa yang tak terbaca. Dalam lembar-lembar kertas kesucian waktu. Ramadhan adalah cahaya dan harapan. Ramadhan adalah
kolam nan indah tempat melepas lelah para pejalan renta, para musyafir dahaga,
dan para penjaga sastra di atas dunia yang kian menua. Entah di padang savanna sunyi atau di tengah
gemerlap kota, di antaran hantaman ombak
samudera luas atau di tengah bentangan hutan tropis yang mulai kehilangan kekuatannya,
Ramadhan tetaplah Ramadhan. Ia menjadi sebuah harapan dan impian akan perubahan
minazulumaati ilan nuuri. Shalat di sepertiga
akhir malam, menjadi pesta pertemuan antara Sang Pencinta dengan hambanya.
Seakan menghentikan mesin waktu. Gerakan demi gerakan
mencatat kegalauan yang tumbang. Dirontokkan oleh percintaan berjuta makhluq
dan Khaliq. Percintaan yang membuat seisi jagat cemburu. Percintaan yang
melahirkan seorang putra yang tumbuh sempurna. Ia bernama kedamaian hati. Ia bernama
ketenangan jiwa. Ia bernama kerinduan, yang ditanam dalam pusaran gelombang
Rahman. Milik Dia Sang Maha Pemberi. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar