Menjelang Magrib tiba, tuaq Muhsin tampak asik meraut bambu di depan rumahnya. Ia tengah membuat sebuah burung Kecial. Ia tak memiliki banyak alat dalam membuat kerangkeng. disekelilingnya hanya terdapat sebuah pisau pemaje sebagai alat peraut, amplas, tang dan sebuah palu. Membuat kerangkeng bagi laki-laki yang selalu berlari kemasjid saat adzan tiba ini adalah bagian dari hiburan mengisi waktu senggang. Sehari-hari ia yang hobi memelihara burung dara ini memang tak banyak bekerja keras lagi seperti saat ia muda dulu. Paling-paling ia membantu pekerjaan ringan anaknya. Dulunya Tuaq Muhsin adalah pekerja keras. Ia adalah salah seorang di antara banyak pria yang mencoba peruntungan, merantau ke negeri jiran Malaysia.
Karena membuat kerangkeng burung merupakan pekerjaan sampingan, Ia hanya bisa menyelesaikan pekerjaan itu dalam satu minggu.
" satu kerangkeng bisa di jual seharga 50 ribu" kata pria berbadan kurus ini kepada kampung Media Minggu sore 16 Des 2012 di kediamannya.
Jika pekerjaan membuat kerangkeng sebetulnya bisa menghasilkan uang lebih banyak jiak tuaq Muhsin menggelutinya secara lebih serius. Di sekitar lingkungannya terdapat banyak sekali pebobi burung yang sebetulnya menjadi peluang pasar bagi kerangkeng yang ia produksi.
Karena membuat kerangkeng burung merupakan pekerjaan sampingan, Ia hanya bisa menyelesaikan pekerjaan itu dalam satu minggu.
" satu kerangkeng bisa di jual seharga 50 ribu" kata pria berbadan kurus ini kepada kampung Media Minggu sore 16 Des 2012 di kediamannya.
Jika pekerjaan membuat kerangkeng sebetulnya bisa menghasilkan uang lebih banyak jiak tuaq Muhsin menggelutinya secara lebih serius. Di sekitar lingkungannya terdapat banyak sekali pebobi burung yang sebetulnya menjadi peluang pasar bagi kerangkeng yang ia produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar