Awal Desember lalu, KM Abiantubuh menyempatkan diri untuk
melakukan perjalanan mengelilingi kaki Rinjani. Start dari Mataram pukul 09.00
wita, perjalanan diliputi langit yang agak mendung. Bersama Fathul Rakhman
wartawan Lombok post saya menikmati perjalanan menaiki motor matic pagi tu. Dari
Mataram dilanjutkan ke desa budaya di Lenek. Dari Lenek perjalanan dilanjutkan sekitar pukul
sebelas. Langit yang tadinya mendung kini membagi gerimis. Perjalanan dilanjutkan
ke Sembalun. Terasa betul motor yang kami kendarai kelelahan. Pada saat jalan
menanjak tajam dari pintu gerbang taman nasional Rinjani di Sapit, saya
terpaksa harus turun dan jalan kaki. Cuaca yang bersih membuat badan terasa segar. Perjalannan memasuki
hutan lindung seperti memasuki ruang ber AC. Dingin. Mata dimanjakan oleh warna
hijau. Kepenatan sehari-hari didepan komputer terasa hilang. Jalanan menuju
sembalun rata-rata mulus dan terawat. Di beberapa titik, saya menemukan orang
sedang menimbun lubang-lubang. Ada banyak sekali pohon-pohon tua dan pohon yang
tumbang di pinggir jalan. Sepanjang perjalanan
rasa kagum dan syukur kepada ciptaan Allah yang Maha sempurna mewujud dan
menyeruak dalam hati. Di gerbang Sembalun, ada sebuah posko tempat orang-orang
berhenti sejenak sebelum menuruni tanjakan. Dari tempat itu, kita bisa
menikamti jalanan berkabut. Orang-orang dari luar daerah, banyak yang berfoto
di tempat tersebut. Dan kami tiba di Sebalun menjelang tengah hari. Rencananya,
di Sembalun kami akan menemui salah seorang tokoh. Karena tokoh tersebut belum
kami tahu rumahnya, maka kepada salah seorang berpakaian satpam kami bertanya. “Mamik
rumahnya di Sembalun Lawang” kata salah seorang diantara mereka (10/12), sambil
menyuruh kami menanyakan nomer HP orang yang kami cari. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar